Kamis, 03 Juli 2008

ANGGOTA DPR TELANJANG BULAT DI PANGGUNG POLITIK

Oleh Ahmadi Addy Saputra

Tak ada suatu hal yang lebih menyakitkan dibanding sebuah pengkhianatan. Kepercayaan yang diberikan ditumpahkan begitu saja, dilempar ke keranjang sampah kemunafikan. Dan dengan gagahnya mereka melenggang mantap di depan kita..

Jika ada sebuah lembaga pemeringkat untuk para pengkhianat maka saya yakin lembaga Dewan Perwakilan Rakyat masuk dalam lembaga tempat bercokolnya para pengkhianat itu. Saya ingin mencari kata yang lebih sopan dari itu tapi susah kiranya mencari padanan kata bagus untuk orang yang melalaikan amanah.

Bagaimana tidak hampir setiap hari kita melihat tingkah polah sebagian anggota dewan yang mempertontonkan "episode romantis" sebuah perselingkuhan, pengkhianatan terhadap keluarga. Inilah kisah paling klasik pada ranah kekuasaan dari jaman nabi Adam hingga Julio Cesar, dan sekarang masih dapat diperankan dengan baik oleh sebagian anggota dewan. Pada drama yang lain "episode dagang sapi" diperankan secara apik dan menjiwai oleh sebagian anggota dewan lain. Dalam episode ini maka sepertinya para ahli negosiator ulung lulusan Amerikapun tak berkutik. Ya tak ada teknik negosiaisi dan diplomasi, yang penting ada uang negosiasi jalan terus. " Lo jual gua beli".

Layaknya peragaan busana mereka melenggang diatas catwalk memeragakan koleksi "busana" rancangan mereka sendiri. Rancangan tentang kebusukan mereka sendiri. Tapi kali ini mereka benar-benar "telanjang", tanpa busana apapun karena jelas terlihat di mata kita. Parahnya peragaannya ini terjadi setiap saat, tak musim panas, dingin, semi untuk membuat rancangan koleksinya.

Rakyat adalah penikmat ulung,.penikmat kesulitan hidup akibat "harga kebutuhan hidup" tak terjangkau, penikmat kezaliman para pemimpinnya yang mengkhianati amanah..ya hanya penikmat saja?.. Saya kira bukan, rakyat adalah pemegang "saham" terbesar negeri, rakyat memiliki kuasa menentukan arah bangsa ini, filosofi demokrasi. Rakyat maling melahirkan pemimpin maling..

Saya tidak menyudutkan demokrasi dalam hal ini, tapi ini hanyalah sebuah refleksi tentang pentingnya pembelajaran dalam demokrasi. Kita harus belajar dari sejarah, pilihan yang bijak akan melahirkan pemimpin bijak..Darimana pilihan bijak akan muncul, dari anda para pemegang saham negara ini..Dan kita bisa membodohi sebagian umat sepanjang masa, kita juga bisa membodohi seluruh umat pada sebagian masa tapi kita tidak bisa membodohi seluruh umat, sepanjang masa...

Kepada merekakah kita menyerahkan "hidup" kita di negeri ini..Tentu tidak bukan..

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Marah ya Boy?? Kita2 angkatan reformasi'98 emang dikhianati Boy.. Yang menikmati partai politik...
Untuk merubahnya perlu momentum lagi...
Rasanya laammmmaaaaaaaaaaa.....

ACHMAD SYAHID mengatakan...

wah.. kalo konteks bicaranya udah seperti ini tandanya ada penumpukan kekesalan yang sangat. saya kira wajar saja setiap orang mengungkapkan isi hatinya.. tapi saya kurang sependapat juga klo dikatakan semua anggota DPR seperti itu. kalo pake kata-kata "oknum" saya baru setuju. karena saya yakin tidak semua anggota DPR berlaku seperti itu. kan anggota DPR tidak hanya yang "itu-itu" saja.. masih banyak pak.. ada 530 anggota DPR. kenapa sy bisa bicara seperti itu karena saya setiap hari beraktivitas dengan beliau-beliau di lingkungan DPR RI.. mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.. salam