Selasa, 01 Juli 2008

Homo ekonomicus

by siswanto ariadi

Seperti dalam politik yang ditulis Plato mengenai manusia. Bahwa menurut Plato manusia adalah “binatang politik”, dimana menurut Plato bahwa manusia mempunyai insting untuk mencapai tujuan politik menggunakan naluri kehewanan. Yaitu siapa yang kuat maka dia yang akan mampu menjadi pemenang. Sya mengutip Darwin dalam teori evolusinya yaitu Survival Of The Fittest; yang kuat yang akan bertahan.

Sistem ekonomi sekarang ini mengingatkan saya bahwa manusia pun akan menjadi “binatang ekonomi” yaitu dengan melipatgandakan keuntungan, menghapus batas2 negara, ekonomi tanpa campur tangan negara, pasar domestic yang terintegrasi dengan pasar internasional tanpa ada proteksi negara. Lalu lintas barang, jasa, modal, adalah bebas tanpa restriksi. Diupayakan subsidi tidak ada, bea masuk 0 %, dan semuanya adalah pasar yang menentukan.

Kemudian apakah yang akan terjadi kemudian? Peradaban dan budaya manusia merupakan bentuk dari sejarah yang terjadi di sekitarnya. Ekonomi semacam ini mengakibatkan kompetisi, mutu, harga murah, pelayanan excellent menjadi semacam paradigma individu setiap manusia yang ingin bertahan dalam kondisi semacam ini. Dari paradigma akan menjadi ideology atau falsafah hidup masyarakat.

Kompetisi dalam skala pencari kerja menciptakan persaingan dalam memperebutkan pekerjaan. Maka suplay dan demand akan memainkan peranan dalam menyeimbangkan kebutuhan. Mekanisasi dan teknologi akan mengakibatkan penggunaan tenaga manusia menjadi minimal. Dampak negatifnya adalah tercipta sebuah system ketenagakerjaan yang menjadikan pekerja sebagai objek. Sehingga terciptalah system outscourcing yang dalam sisi ketenagakerjaan sangat tidak manusiawi. Sistem ini menciptakan kondisi bahwa manusia pun merupakan objek ekonomi shg bisa diperjualbelikan jasa dan tenaganya, tanpa ada jaminan social, sewaktu-waktu bisa akan kehilangan pekerjaan jika perusahaan pemakai tidak cocok.

Persaingan akan menimbulkan harga murah (baik barang, jasa, tenaga kerja), dan itu suatu keniscayaan. Barang murah akan mengakibatkan produksi harus dikerjakan secara masal, sehingga ini bisa berdampak pada skala usaha yang kecil jika tidak bisa bersaing dalam harga maka dipastikan akan gulung tikar. Hal ini terjadi pada perusahaan tekstil, pakaian, dan sejenisnya. Produk ini dihantam oleh harga murah produk sejenis yang dikerjakan secara massal. Akibatnya pasti kalah bersaing. Karena mekanisme pasar yang menentukan, maka siapa yang kuat dia yang menang.

Budaya ekonomi yang demikian pasti akan merubah pola pikir seseorang. Manusia akan menjadi lebih ganas dan buas dalam kebutuhan2 ekonominya.. Karena zaman menuntut demikian.Apakah ini sesuatu yang salah?? Menurut saya tidak, karena kita tidak mungkin tinggal di Mars?? Dan mengasingkan diri di hutan???

Trus apakah system ekonominya harus dirubah? Harus!!! Dengan system ekonomi yang memanusiakan manusia tentunya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

homo economicus mirip2 sm manusia sirkus,alias gak beda dg sodaranya yakni manusia kardus.
Intinya,manusia2 model gini prakmatis banget dg perubahan.Impian paling liar yg ada dlm benak mrk adalah harapannya bahwa kenaikan gaji,tunjangan,dan promosi karier dapat diperoleh dg bekerja keras dan bersungguh-sungguh dlm mengejawantahkan tugas dari atasannya.Jalan kesuksesan bagi mereka adalah...setiap kenaikan gaji akan menaikkan kualitas hidup,karena gaji beserta elemen pendapatan didalamnya akan meningkatkan nilai rupiah di kantong,dan angka nol dibelakang rupiah yg bertambah panjang akan meningkatkan daya beli...
dan ternyata inflasi yg dicetak negara lebih cepat memotong angka nol diblkng rupiah yg mereka terima...
maka terjadilah kelanggengan kemiskinan ditengah bertambah panjangnya deret angka nol yg tercetak dibelakang uang kertas yg diterimanya....

Anonim mengatakan...

kalo baca komentarnya wong stres saya jadi kasian sama orang kaya gitu....
apalagi yang pikirannya cuman mikir kerjaan sampe mengenyampingkan urusan keluarga... amit2..jabang baby...hehehe