Kamis, 20 November 2008

Iklan Politik PKS

Menarik dicermati tentang iklan kampanye yang blunder dari PKS. Tentang pahlawan dan tokoh bangsa dimana semua ditampilkan dengan metode politik aliran. Sukarno simbolisasi dari nasionalis, wahid hasyim simbol dari nu, natsir dari masyumi, ahmad dahlan dari muhammadiyah, dan yang kontroversial adalah suharto yang dikategorikan pahlawan oleh PKS.
PKS dari semula menyanggah bahwa dia sebagai parpol menolak terjebak dalam politik aliran tetapi secara kasat mata bahwa dalam iklan tersebut PKS juga terjebak dalam pusaran politik aliran. Dan yang agak konyol PKS dalam hal ini, melalui petinggi2nya dengan segala argumentasinya menyatakan bahwa iklan itu mengesampingkan politik aliran. Padahal tegas sekali iklan ini menyangkut politik aliran karena yang diususng adalah tokoh2 politik aliran.
Bangsa Indonesia secara sosio historis, suka atau tdk suka menggunakan politik aliran dalam membedah masyarakat berdasarkan partisipasi politiknya. Dan ini semakin tajam fragmentasinya sejak reformasi digulirkan, dan agak memendar 1 tahun belakangan ini, karena masyarakat mulai pragmatis dalam memilih parpol. Tetapi dalam pemilihan kepala daerah di sejumlah daerah politik aliran masih memegang peranan. Coba diamati dalam Pilkada Jateng dan Pilkada Jatim, sangat kentara sekali yang memenangkan pilkada adalah berdasarkan politik aliran. Jateng yang dominan mataraman dalam aliran politiknya abangan condong ke PDIP, dan Jatim yang mayoritas NU dimenangkan oleh tokoh NU.
PKS dalam analisa saya seakan bergerak ke pragmatisme politik secara frontal. Dalam iklan ini PKS mencoba melebarkan basis suaranya ke orang Nasionalis, Suhartois, Masyumi, NU, Muhamadiyah, dan mulai malu2 menyapa kaum pekerja dengan iklan2 di pinggir jalan mengucapkan selamat hari buruh (may day). Semua hendak didulang suaranya, nggak peduli golongan mana yang penting bisa mendukung PKS.
Iklan Soeharto yang seolah2 di Pahlawankan PKS saya rasa perlu diperdebatkan ulang. Saya tidak habis pikir loginya apa PKS menokohkan dan mempahlawankan Soeharto. Bagi saya itu tidak perlu diperdebatkan karena beliau sudah meninggal. Hanya catatan historisnya yang jauh dari ”pahlawan” membuat saya menanyakan motivasi PKS dalam hal ini.
Pemilu sudah di depan mata, tetapi sangat tidak elok ketika pragmatisme politik menjadi sangat dominan dalam hal ini. Politik bukan lah perebutan suara, tetapi lebih dari itu yaitu kemuliaan dan kesejahteraan masyarakat. Bukan lagi kekuasaan yang utama tetapi pengabdian. Saya merasa PKS sudah terjebak bahwa kekuasaan adalah tujuan dari parpol-parpol di Indonesia. Sehingga beriklan yang muatannya sangat jauh dari kesan bermutu....Padahal sebelum itu saya sangat menaruh hormat dengan gebrakan2 PKS yang solid, profesional dan relatif bersih dari korupsi.

SAI
SEA'96

Selasa, 18 November 2008

Kenaikan Gaji ....

Sebagai karyawan swasta kenaikan gaji adalah hal2 yang ditunggu-tunggu setiap tahun. Besarannya berkisar 8-15 % dari gaji pokok setiap bulannya, jika di perusahaan yang sudah mapan biasanya kenaikan gaji berdasarkan penilaian kinerja, dan tentunya hasil akhirnya bagi setiap karyawan berbeda-beda besarannya.
Tetapi baru2 ini ada SKB 4 menteri yang menyatakan bahwa kenaikan gaji tidak boleh melebihi batas inflasi. Sehingga dimungkinkan kenaikan gaji karyawan pasti berkisar di bawah inflasi. Jika tahun ini inflasi menurut pemerintah (menggunakan data BPS) berkisar 10 % maka dimungkinkan kenaikan gaji dibawah 10 %.
Saya menjadi bertanya2 apakah selama ini penilaian kinerja yang dilaksanakan setiap tahun akan tetap konsekuen dilaksanakan oleh perusahaan atau perusahaan mengacu pada keputusan bersama 4 menteri. Sehingga sia2 sajalah bagi karyawan yang penilaian kinerja masuk kategori luar biasa.
SKB 4 menteri ini dalam kacamata pengusaha adalah langkah yang obyektif dan merusapakan insentif bagi dunia usaha agar beban usahanya tidak terlalau berat. Karena komponen gaji merupakan komponen biaya yang kontribusinya besar. Tetapi bagi kalangan karyawan tentu saja hal ini sangat tidak mengenakkan karena dalam urusan kenaikan gajipun pemerintah melakukan intervensi dan semuanya dipukul rata tanpa melihat kontribusi pekerja yang tentu saja berbeda bagi perusahaan.
Memang kekuatan pekerja atau karyawan selalu diposisi yang lemah, karena karyawan termasuk dalam posisi yang dependent (tergantung)...

Siswanto Ariadi
SEA'96

Senin, 03 November 2008

Mannnna expresinya!!!!!!!!!


Merupakan kalimat dari iklan yang sempat beredar luas......di media televisi beberapa waktu yag lalu (mungkin sekarang sih juga masih beredar)....
Sekedar mengingatkan bahwa kita sebagai manusia yang memiliki takdir untuk saling bersosialisasi (makhluk sosial) walaupun bukan spesifik (makhluk sosial ekonomi)..... tetap harus bisa mengekspresikan dirinya lewat kata2 maupun perbuatan....
Banyak ekspresi yang telah kita hadirkan sebagai reaksi dari segala masalah yang kita terima baik yang bersikap spontan ataupun reaksi yang memang telah dipikirkan secara matang (ngomong apaan sih)....
Pernah mencoba mengingat2 ekspresi kita waktu ospek disuruh cari ubi warna kuning????
pernah mencoba mengingat ekspresi kita waktu disuruh memasak singkong dengan diameter 30 cm yang setiap 10 cmnya dimasak berurtan dengan cara digoreng, direbus dan dibakar???? Dan bagaimana ekspresi kita waktu pagi2 setelah senam pagi kita disuruh memakannya???? hahaha... Pasti ekspresi tersebut merupakan ekspresi spontan yang pernah kita lakukan....
Jangan berharap terlalu banyak pada artikel ini..karena memang artikel yang saya buat ini memang bukan artikel yang dibuat untuk membuat anda berpikir terlalu dalam atau bahkan membuat artikel ini mampu menyamai kesuksesan Laskar Pelangi yang fenomenal tersebut...
Yach itung2 belajar menulis lah atau anggaplah kita saling bercerita atau ngobrol ngalor ngidul yang gak jelas juntrungannya seperti waktu kita di teras sosek dulu...
Yang pasti ada rekan2 yang baru bergabung (khususnya sosek 96) yang belum pernah posting di sini seperti yuni gendut dan slatem serta widya (yang hilang secara misterius)....
Monggo dilanjut lah,,,.....dan silahkan tunjukkan ekspresi dan kabarmu....(Manna ekspresinya)????


Note : Artikel ini tidak memerlukan komentar anda.... tapi kalau anda memaksa..... ya silahkan...


Senin, 21 Juli 2008

Eksistensi Budaya

Oleh Ahmadi Addy S

Bangsa Indonesia memiliki budaya yang khas. Asimilasi unik budaya penduduk Yunan Selatan dengan "kreasi alam" serta masuknya agama dari Asia Barat dan Timur Tengah telah memberikan suatu warna. Sebagai sebuah peradaban baru, disinyalir muncul baru 400 tahun SM memang sangatlah muda dibanding kebudayaan lain di muka bumi namun memiliki karakter yang kuat. Pembeda eksistensi sebuah nation di muka bumi ini. Selain unik juga kaya ragam budaya yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Tak ada bantahan untuk fakta ini. Kalau boleh berbangga maka tak ada negara seunik dan sekaya Indonesia dalam budaya.

Maka tak salah para komposer negeri ini begitu bersemangat membuat alunan nada dari Ismail Marzuki dengan "Indonesia Tanah Pusaka" hingga Gesang dengan Bengawan Solo-nya begitu jelas menampakkan kekayaan itu. Ratusan bahkan ribuan ilmuwan dunia berbondong menjadi "penikmat" dan jutaan turis manca negara menjadi saksi.

Seiring derasnya arus informasi dan gencarnya penetrasi budaya asing maka bangsa ini terus "didatangi" budaya-budaya asing. Sifat dasar penduduk pribumi yang ramah dan terbuka inilah yang menjadikannya lahan subur bagi budaya-budaya asing. Sejarah telah mencatat budaya kita yang ada sekarangpun merupakan "perkawinan" materi-materi budaya dari seluruh pelosok dunia. Dan indahnya para pendahulu nusantara secara santun dan cantik menampilkannya menjadi budaya khas Indonesia. Bukan penjiplakan. Anda tentu bisa menyebutkannya bukan? Konsekuensi logis dari sebuah "persinggungan" bangsa ini dengan bangsa lain.

Sebuah pertanyaan sederhana diajukan, apakah kita perlu melestarikan budaya kita? Untuk apa ketoprak, lenong, tari piring, reog, batik, tari saman harus tetap ada? Gotong-royong, musyawarah mufakat harus tetap ada? Toh jaman telah bergeser, budaya saling bersinggungan melakukan perkawinan, melahirkan budaya baru. Sekuat apa kita menentang "kehendak" jaman.

Karakter bangsa ini lambat laun berubah, individualisme, liberalisme dan -isme yang lain seperti telah menjadi "ruh" baru dalam tatanan masyarakat kita. Kepedulian menjadi sempit, toleransi menjadi kebablasan, individu menjadi dewa atas kelompok, kebebasan dan perbedaan menjadi alasan pembenaran dan lain-lain sampai-sampai kita menjadi "bule" berkulit gosong. Dan saya berpikir bangsa ini hampir-hampir telah "mati" di makan jaman.

Beruntung kita masih punya segelintir orang yang concern terhadap kebudayaan kita. Kalau sedikit kita saja menyimak dan mau mempelajari budaya kita sebagai contoh kecil kesenian kita, maka sesungguhnya warisan nenek moyang itu memberi banyak pelajaran. Pada masa-masa lampau tidak hanya di negara ini, budaya dalam berbagai wujudnya merupakan perpaduan kedalaman berpikir dan pengalaman sejarah. Sehingga terciptalah karya budaya yang menjadi watak suatu bangsa. Bagaimana dengan budaya sekarang? Musiknya, tarinya, sopan santunnya, tata laku penduduknya?

Setiap hari tontonan kita di televisi atau dalam keseharian masyarakat budaya populis yang dangkal akan pembelajaran semakin mengkhawatirkan. Tak ada parameter nilai yang jelas, yang penting populer. Makanan paling populer, baju paling populer, lagu paling populer, tokoh paling populer.

Karena itu menurut hemat saya eksisitensi budaya dalam segala wujud harus tetap ada untuk membentuk watak atau karakter penduduk bangsa ini yang semakin terkikis. Wujud budaya boleh beda, generasi sekarang boleh berkreasi tetapi ruh budaya kita yang santun dan guyub (kekeluargaan) harus tetap ada. Bangsa kita adalah bangsa yang bermartabat.





Sabtu, 19 Juli 2008

Rabu, 16 Juli 2008

Indonesia Menangis (Bagian Dua)

Oleh Ahmadi Addy Saputra

Bicara kemiskinan di negeri tercinta ini seperti “menggunjing” saudara kita sendiri. Bagaimana tidak hal itu terjadi di negara yang konon katanya kaya raya, “gemah ripah loh jinawe, tata tentrem kerta raharja”. Menjadi menjadi miskin adalah aib. Bahkan bisa dikatakan sebuah “fitnah”. Saya tidak ingin mencoba beromantisme tentang Indonesia masa silam. Jaman kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara dengan segala kekayaan alamya, yang tercium sampai ke daratan Eropa yang akhirnya melahirkan penjajahan.
Faktanya sekarang kita masuk jajaran negara miskin di dunia. Bagaimana bisa sebuah negara yang panjang wilayahnya setara dengan bentangan pantai barat hingga pantai timur Amerika Serikat, 70 % (tujuh puluh persen) keaneka ragaman hayati dunia tinggal di negeri ini, sumber daya manusia yang berlimpah (peringkat empat dunia) dikatakan miskin. Jawabannya adalah sebuah ironi..
Apa yang berbeda? Sungguh menyakitkan jika kita mengetahui bahwa kita tak mampu mengolah begitu melimpahnya sumber daya alam dan manusia kita, sebuah kebodohan penyebabnya. Lebih menyakitkan begitu banyak asset kita yang telah berpindah tangan ke orang asing. Hampir lima puluh persen perbankan kita yang menjadi “lokomotif “ perekonomian bangsa ini, setidaknya menurut pembuat kebijakan bangsa ini sekarang telah menjadi milik asing, beberapa BUMN strategis telah dijual dan “saudara-saudaranya” telah masuk daftar jual, sebuah ketamakan jawabannya.
Seolah bangsa ini tidak menyadari bahwa kita berdiri diatas “gunung emas” atau kita terlalu malas untuk sekedar menyadarinya apalagi mengelolanya. Ini bukan perkara baru, tapi ironinya tak ada “kebangkitan” bangsa ini dari “keterpurukan”, tak ada rasa malu atas keterbelakangan dan menikmati betul “inferioritas” kita terhadap bangsa lain. “Bangsa budak, budak diantara bangsa”, suatu ketika Bung Karno berujar.
Perut bumi kita disedot terus menerus oleh “mesin-mesin asing” yang akhirnya menyebabkan kerusakan permanen pada lingkungan, Indonesia menangis untuk Papua, Indonesia menangis untuk Bangka dan Belitong. Hutan kita dijarah tanpa ampun, kerusakan flora dan fauna yang terus mengancam eksistensi penduduk nusantara. Indonesia menangis untuk Kalimantan, Indonesia menangis untuk Sumatera. Tak ada yang tersisa kecuali kerusakan akibat ketamakan kita. Hanya dengan alasan “secuil devisa” penguasa negeri ini berkomplot dengan pengusaha tengik menggelar “red carpet” untuk menyambut kedatangan para “investor” asing komplotan mereka juga. Mereka mengingkari “kebolehan” anak bangsa negeri ini, menafikan “kepintaran” anak-anak bangsa. Penganut “inferiorisme”. Indonesia menangis anak-anak bangsa.
Kemiskinan di Indonesia telah mencapai angka 14 %, atau sekitar 35 juta sampe 40 juta penduduk negeri ini hidup dibawah garis kemiskinan. Anda tahu batas kemiskinan itu bukan? Gizi buruk, kelaparan, pendidikan terabaikan dan lain-lain. Kemiskinan dan kebodohan adalah ancaman terbesar dan terdekat dari kita. Keduanya begitu tampak nyata dan “menari-nari” di depan mata kita. Lebih nyata dari terorisme dan bencana alam. Agenda terpendek adalah mengentaskan kemiskinan dan kebodohan, jika kita tak mau mati dalam keadaan miskin dan bodoh. Indonesia menangis untuk dirinya.
Bersambung….

Kamis, 03 Juli 2008

ANGGOTA DPR TELANJANG BULAT DI PANGGUNG POLITIK

Oleh Ahmadi Addy Saputra

Tak ada suatu hal yang lebih menyakitkan dibanding sebuah pengkhianatan. Kepercayaan yang diberikan ditumpahkan begitu saja, dilempar ke keranjang sampah kemunafikan. Dan dengan gagahnya mereka melenggang mantap di depan kita..

Jika ada sebuah lembaga pemeringkat untuk para pengkhianat maka saya yakin lembaga Dewan Perwakilan Rakyat masuk dalam lembaga tempat bercokolnya para pengkhianat itu. Saya ingin mencari kata yang lebih sopan dari itu tapi susah kiranya mencari padanan kata bagus untuk orang yang melalaikan amanah.

Bagaimana tidak hampir setiap hari kita melihat tingkah polah sebagian anggota dewan yang mempertontonkan "episode romantis" sebuah perselingkuhan, pengkhianatan terhadap keluarga. Inilah kisah paling klasik pada ranah kekuasaan dari jaman nabi Adam hingga Julio Cesar, dan sekarang masih dapat diperankan dengan baik oleh sebagian anggota dewan. Pada drama yang lain "episode dagang sapi" diperankan secara apik dan menjiwai oleh sebagian anggota dewan lain. Dalam episode ini maka sepertinya para ahli negosiator ulung lulusan Amerikapun tak berkutik. Ya tak ada teknik negosiaisi dan diplomasi, yang penting ada uang negosiasi jalan terus. " Lo jual gua beli".

Layaknya peragaan busana mereka melenggang diatas catwalk memeragakan koleksi "busana" rancangan mereka sendiri. Rancangan tentang kebusukan mereka sendiri. Tapi kali ini mereka benar-benar "telanjang", tanpa busana apapun karena jelas terlihat di mata kita. Parahnya peragaannya ini terjadi setiap saat, tak musim panas, dingin, semi untuk membuat rancangan koleksinya.

Rakyat adalah penikmat ulung,.penikmat kesulitan hidup akibat "harga kebutuhan hidup" tak terjangkau, penikmat kezaliman para pemimpinnya yang mengkhianati amanah..ya hanya penikmat saja?.. Saya kira bukan, rakyat adalah pemegang "saham" terbesar negeri, rakyat memiliki kuasa menentukan arah bangsa ini, filosofi demokrasi. Rakyat maling melahirkan pemimpin maling..

Saya tidak menyudutkan demokrasi dalam hal ini, tapi ini hanyalah sebuah refleksi tentang pentingnya pembelajaran dalam demokrasi. Kita harus belajar dari sejarah, pilihan yang bijak akan melahirkan pemimpin bijak..Darimana pilihan bijak akan muncul, dari anda para pemegang saham negara ini..Dan kita bisa membodohi sebagian umat sepanjang masa, kita juga bisa membodohi seluruh umat pada sebagian masa tapi kita tidak bisa membodohi seluruh umat, sepanjang masa...

Kepada merekakah kita menyerahkan "hidup" kita di negeri ini..Tentu tidak bukan..

Selasa, 01 Juli 2008

Homo ekonomicus

by siswanto ariadi

Seperti dalam politik yang ditulis Plato mengenai manusia. Bahwa menurut Plato manusia adalah “binatang politik”, dimana menurut Plato bahwa manusia mempunyai insting untuk mencapai tujuan politik menggunakan naluri kehewanan. Yaitu siapa yang kuat maka dia yang akan mampu menjadi pemenang. Sya mengutip Darwin dalam teori evolusinya yaitu Survival Of The Fittest; yang kuat yang akan bertahan.

Sistem ekonomi sekarang ini mengingatkan saya bahwa manusia pun akan menjadi “binatang ekonomi” yaitu dengan melipatgandakan keuntungan, menghapus batas2 negara, ekonomi tanpa campur tangan negara, pasar domestic yang terintegrasi dengan pasar internasional tanpa ada proteksi negara. Lalu lintas barang, jasa, modal, adalah bebas tanpa restriksi. Diupayakan subsidi tidak ada, bea masuk 0 %, dan semuanya adalah pasar yang menentukan.

Kemudian apakah yang akan terjadi kemudian? Peradaban dan budaya manusia merupakan bentuk dari sejarah yang terjadi di sekitarnya. Ekonomi semacam ini mengakibatkan kompetisi, mutu, harga murah, pelayanan excellent menjadi semacam paradigma individu setiap manusia yang ingin bertahan dalam kondisi semacam ini. Dari paradigma akan menjadi ideology atau falsafah hidup masyarakat.

Kompetisi dalam skala pencari kerja menciptakan persaingan dalam memperebutkan pekerjaan. Maka suplay dan demand akan memainkan peranan dalam menyeimbangkan kebutuhan. Mekanisasi dan teknologi akan mengakibatkan penggunaan tenaga manusia menjadi minimal. Dampak negatifnya adalah tercipta sebuah system ketenagakerjaan yang menjadikan pekerja sebagai objek. Sehingga terciptalah system outscourcing yang dalam sisi ketenagakerjaan sangat tidak manusiawi. Sistem ini menciptakan kondisi bahwa manusia pun merupakan objek ekonomi shg bisa diperjualbelikan jasa dan tenaganya, tanpa ada jaminan social, sewaktu-waktu bisa akan kehilangan pekerjaan jika perusahaan pemakai tidak cocok.

Persaingan akan menimbulkan harga murah (baik barang, jasa, tenaga kerja), dan itu suatu keniscayaan. Barang murah akan mengakibatkan produksi harus dikerjakan secara masal, sehingga ini bisa berdampak pada skala usaha yang kecil jika tidak bisa bersaing dalam harga maka dipastikan akan gulung tikar. Hal ini terjadi pada perusahaan tekstil, pakaian, dan sejenisnya. Produk ini dihantam oleh harga murah produk sejenis yang dikerjakan secara massal. Akibatnya pasti kalah bersaing. Karena mekanisme pasar yang menentukan, maka siapa yang kuat dia yang menang.

Budaya ekonomi yang demikian pasti akan merubah pola pikir seseorang. Manusia akan menjadi lebih ganas dan buas dalam kebutuhan2 ekonominya.. Karena zaman menuntut demikian.Apakah ini sesuatu yang salah?? Menurut saya tidak, karena kita tidak mungkin tinggal di Mars?? Dan mengasingkan diri di hutan???

Trus apakah system ekonominya harus dirubah? Harus!!! Dengan system ekonomi yang memanusiakan manusia tentunya.

Senin, 30 Juni 2008

Safety at workplace



by Fida Meilini


Saya masih ingat sebuah artikel di Warta Ekonomi mengenai Indonesia's Most Caring Company 2006. Tulisan itu membahas mengenai perhatian perusahaan terhadap keamanan, keselamatan serta kesehatan pekerja. Selama ini kita mengetahui bahwa perusahaan yang harus care terhadap keselamatan pekerja hanyalah perusahaan yang banyak bergerak di lapang, seperti bidang property, perminyakan, tambang, dan makhluk sejenis lainnya. Perusahaan seperti ini biasanya memberikan tunjangan keselamatan yang lebih kepada pekerja-pekerjanya, karena tingkat kecelakaan dalam pekerjaan yang sangat tinggi.

Setelah membaca artikel tersebut akhirnya saya sadar bahwa tingkat kecelakaan tinggi dalam pekerjaan tidak hanya dialami oleh pekerja-pekerja lapang saja, tapi juga dapat dialami oleh pekerja yang hanya berkutat di kantor. Namun tentunya tingkat kecelakaan pekerja kantoran dan pekerja lapang berbeda, nah..dimana letak perbedaannya?

Hmm..perbedaan antara keduanya hanya terletak pada jangkauan penglihatan secara kasat mata saja. Maksudnya? jika pekerja di perusahaan kontraktor bisa mengalami patah tulang atau luka-luka lainnya akibat kejatuhan batu atau traktor..wupss..(bisa dilihat dengan kasat mata khaann), maka pekerja kantoran yang dapat mengalami pusing karena tingkat kedinginan Air Conditioner yang cukup membuat kita berada di puncak gunung Himalaya, atau sakit mata yang diakibatkan sahabat tercinta (komputer) mengeluarkan radiasi yang tidak bersahabat, ataupun sakit punggung yang berkepanjangan karena tempat duduk yang disediakan untuk kita tidak sesuai dengan tinggi meja sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja (dan hal seperti ini jarang bisa terlihat langsung oleh kita, namun dapat kita rasakan). Keluhan-keluhan seperti ini tentunya akan mengakibatkan sakit yang berkepanjangan, dan akibatnya bahkan bisa lebih parah daripada pekerja-pekerja di lapang.

Melihat kondisi seperti ini maka timbul pertanyaan dalam benak saya...pernahkah sebuah perusahaan memikirkan hal-hal 'simple' tersebut? Pernahkan mereka melakukan riset terlebih dahulu mengenai kenyamanan dalam bekerja sebelum membeli inventaris kantor? Memang detail dan merepotkan, tapi saya rasa hal ini penting. Layaknya membuat sebuah restoran, kita harus tahu secara detail hingga ukuran meja dan kursi agar customer merasa nyaman makan di restoran kita (Hariono Dayu Group, 2006). Sebenarnya hal ini juga perlu dilakukan oleh tiap perusahaan, karena jika tidak maka akan menimbulkan efek negatif terhadap kinerja pegawai. Bayangkan saja kalo dalam seminggu bekerja seorang pegawai sudah merasakan badannya pegal-pegal, dan tiap 2 minggu sekali dia harus memanggil tukang pijit hanya untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku akibat bekerja (padahal kita khan ngga dapat tunjangan pijit, hikss..).

Anyway, Warta Ekonomi memberikan informasi mengenai beberapa hal yang menjadi “musuh” di kantor kita :
1. Posisi tubuh (ergonomi) yang salah ketika melakukan pekerjaan
2. Gerakan berulang (Repetitive motion)
3. Pencahayaan yang terlalu terang/gelap
4. Mouse dan keyboard yang sulit dijangkau tangan
5. Kabel listrik, telepon, internet yang terjuntai ke lantai
6. AC yang terlalu dingin atau malah tidak berfungsi (panas)
7. Alat-alat listrik yang tidak berfungsi sempurna
8. Furniture kantor yang menyusahkan pekerjaan

Nah, udah tau khan apa-apa saja yang harus kita hindari. So everyone, be ware at your office..buat teman-teman yang mau atau sudah bikin company, please be ware ‘bout this too, supaya kita semua terhindar dari sakit yang berkepanjangan…

Last but not least….have a great day.…
Be a success one....
FM 01.07.08



Tentang bisnis


By Luqman Setiawan



Forbes,salah satu lembaga internasional yang getol berbagi informasi seputar profil kaum superkaya di seantero jagat,beberapa hari yang lalu mengumumkan hasil survei tentang peringkat bisnis terhadap 180 negara.Seperti biasa, Indonesia kebagian rangking yang tidak jauh dari seputar "gerbong belakang".Lebih tepatnya, untuk rangkingnya kali ini bangsa kita meraih peringkat 81.

Sebagai gambaran,survei forbes soal rangking bisnis kali ini difokuskan pada tingkat kebebasan personal,diantaranya hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum yang jujur,atau kebebasan berekspresi dan berorganisasi,selengkapnya dapat diakses di kompas.com
Satu hal yang sedikit menggembirakan buat kita,adalah bahwa peringkat negeri kita dalam soal bisnis versi forbes kali ini setidaknya masih lebih baik daripada negeri filipina yang menempati rangking 91,dan negeri vietnam yang terpuruk di rangking 113. Namun jika meneropong tetangga terdekat kita, malaysia yang bertengger di rangking 38,Thailand di peringkat 53,dan Singapura yang empuk di peringkat 8,tentu rasanya apa yang kita lakukan dalam segala bidang masih harus lebih keras lagi.Setidaknya,agar ketimpangan keunggulan antar negara dalam soal berbisnis dapat lebih diperkecil lagi.

Berbagai survei dari lembaga independent seputar bisnis selalu menjadi informasi yang menarik dan jadi rujukan para pengambil keputusan baik di tingkat lembaga pemerintahan,maupun lembaga ekonomi.Hal pentingnya adalah,karena bisnis merupakan urat nadi penggerak perekonomian suatu negara yang berperan sebagai spons raksasa penyerap tenaga kerja rakyat yang berlimpah.Begitu vitalnya bisnis,hingga rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa 9 dari 10 pintu rizki ada di perniagaan (niaga=praktek riil dari bisnis).Karenanya,bisnis semestinya ditempatkan secara terhormat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan karakteristik bangsa. Disinilah nampaknya pekerjaan rumah kita masih cukup berat.

Salah satu tantangan terbesar yang meyebabkan bangsa kita terus menerus terpuruk secara relatif dibandingkan dengan bangsa bangsa lain utamanya disebabkan karena rendahnya daya saing kekuatan bisnis (business power) kita di era globalisasi perdagangan dengan sengat sistem kapitalis yang mematikan.Rekam jejak (track record) kekuatan bisnis kita dapat diteropong dari akar permasalahan yang paling mendasar di dalam diri kita semua,yakni berkenaan dengan mentalitas bangsa.Yach,mental bangsa kita, termasuk sosektaer semua yang ada didalamnya harus menjadi sumber dari introspeksi total perubahan.Alih-alih mengejar ketertinggalan dengan menyerap total ilmu dan etika berbisnis yang lebih baik,sebagian besar diantara kita malah dengan bangga mengimani mengejar jalan pintas kemakmuran dengan menggadaikan integritas. Maka terhiasilah media massa kita dengan berita yang melulu seputar KKN alias korupsi Kolusi dan Nepotisme,suatu kredo yang ironisnya menjadi mantra bersama saat menumbangkan rezim otoriter sebelumnya.

Di luar belitan penyakit KKN yang begitu besarnya menyedot energi bisnis bangsa,yang tersisa kini tinggallah hidup dengan keamanan dan angan-angan yang semu.Maka tumbuhlah generasi baru,'generasi kardus',yang mengantungkan hidupnya dari 3 mantra keamanan.Keamanan financial (financial security),keamanan pekerjaan (job security),dan keamanan jiwa (insurable security).Tidak heran kalo kita menyaksikan perulangan cita-cita semu anak2 kita,tentang masa depannya.Serentak koor nada yang sama disenandungkan.Ingin jadi pilot,jadi pegawai negeri,jadi tentara,jadi presiden,dan lain-lain.Sedikit yang bilang,ingin jadi pengusaha.Keadaan yang mirip sama dengan jaman penjajahan dulu,saat tunas bangsa menggantungkan impiannya jadi ambtenaar,alias pegawe pamong praja.Karena fatamorgana 3 security yang begitu kuatnya merasuk dalam alam bawah sadar mereka.

Sebagai renungan,saya teringat pada kisah sebuah negeri kecil yang terpuruk ditengah tekanan bangsa lain,tanpa pengakuan dunia internasional,penuh dengan embargo ekonomi,dan seluruh garis pantainya di blokir oleh negara tetangga bernafsu menjadikan negeri kecil tersebut menjadi bagian dari propinsinya.Rakyat di negeri kecil tersebut berjuang dengan segala daya upaya,saling menguatkan diri,dan menciptakan nilai tambah masing-masing.Ironisnya,negeri kecil ini miskin akan sumberdaya alam.Satu-satunya harta terbesar yang mereka miliki adalah diri mereka sendiri.Hari terus berlanjut,dan tahun terus berganti,seiring dengan upaya keras yang mereka lakukan.Budaya bisnis yang mereka geluti,hingga tidak ada satupun yang tersisa,hampir seluruh rakyat memiliki kartu nama,dengan nama diri terpampang didalamnya,dan posisi sebagai direktur utama tertera jelas.Maka muncullah kekuatan bisnis yang pelan tapi pasti kian menguat.Tiap kepala keluarga punya perusahaan,punya produk unggulan,dan meretas pasarnya.Dua-tiga dasawarsa kemudian,negeri yang kecil ini panen raya,impor tenaga kerja besar2an untuk menopang usaha rakyatnya.Ekonominya naik drastis dari masa ketika negeri ini berdiri.Dan satu hal penting,di negeri tersebut warganya nyaris tidak ada yang menganggur,berpenghasilan jauh diatas rata-rata penghasilan negara dikawasan yang sama,dan ...negara tetangga yang besar dan selalu mengancam hingga saat ini tidak dapat menguasainya.Negeri itu,Taiwan.Dan nampaknya kita mesti banyak berkaca darinya []

Evaluasi bulan mei untuk blog ini...

Ibarat bayi yang baru lahir... blog ini juga ibarat bayi yang baru 2 bulan keluar dari rahim ibunya... Lahir dengan kondisi kedinginan, ketidakpastian akan hidupnya dan pertanyaan "Apakah dia akan mendapatkan asuhan dari orang tuanya yang benar2 menyayanginya..???"

Sangat persis dengan kondisi blog ini yang sebelumnya muncul dengan sedikit harapan akan bisa direspon oleh rekan2 semua. Namun dalam prosesnya bayi itu kemudian tidak hanya akan bisa menangis, akan tetapi kemudian belajar melihat keterbukaan dan belajar berbicara serta mendengarkan tentang segala hal yang ada di sekelilingnya.....

Cukup dengan pembukaannya...... ini saya coba beberkan beberapa fakta tentang blog ini....

Blog ini dibuat sebagai penerus dari situs sebelumnya dengan nama (www.sosialekonomipertanianbrawijayamalang1996.webs.com)
yang punya nama sangat panjang kaya kereta api dan punya kesulitan yang cukup tinggi untuk dapat di akses maupun di up date...... sehingga akhirnya terjadi perkenalan dengan blogspot ini.
Blog ini mulai aktif pada akhir Mei 2008 dengan jumlah posting 5 artikel termasuk 1 artikel perkenalan hingga pada Bulan Juni 2008 jumlah posting mencapai 28 artikel dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Luqman 96 (10 posting)
2. Rachman 96 (6 Posting)
3. Siswanto 96 (5 Posting)
4. Boy 97 (2 Posting)
5. Fida 99 (1 Posting)

belum termasuk posting tentang personel sosek (yang tidak masuk kategori artikel)
bagi saya merupakan suatu indikator respon yang luar biasa dari rekan2 yang ternyata tidak hanya berasal dari angkatan 96 saja....(Alhamdulillah kalo bisa lebih luas).

By the way ada hal yang menarik bahwa sejak blog ini di link dengan site meter menunjukkan ada 132 visit (kunjungan dari rekan2 termasuk yang nyasar dari India dan Hongkong hehehe).
Selain itu juga ada kunjungan dari rekan2 lain angkatan seperti Probo(1995) di shoutbox dan Syahid (mungkin 1997) yang mampir memberikan komentar di artikel untung gak masuk STPDN.... mudah2an insyaf dan akhirnya mau mampir serta berinteraksi lewat artikel2 cerdasnya......

Akhir kata Terima Kasih dan ........



Kerinduan yang Memuncak

oleh Boy 97

Seolah-olah aku mendengar derap langkahmu kawan
Menghentak penuh harap....keras menghujam tanah..
Dan sesekali aku mendengar napasmu berpacu dengan waktu

Bahkan aku juga mendengar tetesan peluh menerpa tanah
Deras bukan karena panas, tapi karena derap langkah dan tarikan napasmu

Aku juga tahu kawan bahwa langkahmu tidak gontai walau berat rintangan itu
Sesekali kulihat senyummu menghias indah wajahmu...
Tak ada prasangka, dendam,...iri hati mungkin juga tidak
Sekilas itu yang kulihat

Dan yang paling aku suka kawan, bicaramu, sungguh..
Lantang, jelas, seolah dengan sekali teriakanmu saja tembok Cina akan runtuh
Sungguh jiwa yang bersemangat, tak kenal lelah, walau tak punya jatidiri kata orang

Omong-kosong dengan orang-orang, karena yang kutahu..
Kau sang pembuat perubahan..kala itu

Lama sudah tak kudengar semua itu kawan karena kita tak lagi bersua
Ya benar kawan aku rindu..
Keringat, napas, senyummu kawan
Pasti masih ada, hanya kini untuk siapa kawan...??
Sekedar untukmu saja sebagai keharusan manusia
Atau masih seperti dulu...

Indonesia Menangis

Bagian ke-1 dari 100 tulisan


By Ahmadi (yah) "Boy" Addy Saputra (Sosek Agribisnis 1997)


Hampir setiap hari panca indera kita disuguhi aneka tontonan realitas kehidupan anak-anak bangsa. Rentetan kisah perjuangan menyambung hidup di negeri tercinta ini. Jeratan tuntutan ekonomi yang semakin tidak masuk akal untuk bisa dipenuhi. Makan, sekolah, berobat hampir-hampir menjadi barang langka dan hanya dapat dinikmati segelintir orang secara layak.

Ketika sebagian rakyat mengais-mengais harapan untuk sekedar dapat hidup apalagi layak, sebagian dari kita bertingkah seolah musang kenyang yang rakus. Pola hidup konsumtif dipertontonkan layaknya fashion show di catwalk keserakahan. Dan sang musang memilih kostum domba untuk memanipulasi kebodohannya.

Ketika sebagian rakyat hancur hatinya karena dikhianati oleh pilihan hatinya pada sebuah “pesta” lima tahunan, sebagian dari “sang pilihan hati, sang wakil” bertingkah layakanya tikus yang siap mencuri “hak hidup” rakyat ini. Dan hebatnya sekarang sang tikus tak lagi mencuri tapi merampok karena “lemahya sang kucing” akibat main mata antara mereka.

Dan lagi-lagi penguasa territorial “rimba Indonesia” ini betul-betul bertingkah layaknya singa sang raja hutan. Alih-alih melindungi rakyatnya, justru rakyat yang lemah dijadikan santapan lezat. Keseimbangan. Itulah rimba “yang kuat akan memakan yang lemah”, wuih..penganut Charles Darwin sejati..

Penguasa-penguasa berilah hambamu uang..(demikian Iwan Fals berdendang)..BLT pun dikucurkan, untuk sebuah alasan mengurangi beban rakyat. Sakit kanker diberi obat sakit kepala. Yang penting minum obatlah..Kalau sakit berlanjut, rasain lo..

Dan parahnya lagi penguasa hanya punya satu obat, untuk semua jenis penyakit..dewa dari segala obat penghilang sakit, pil sakti bermerk “kebijakan moneter”, dengan komposisi interest (bunga) 90 %. Aturan pakai : jika harga minyak dunia naik, harga BBM ikut naik, harga kebutuhan hidup naik, uang yang beredar naik, inflasi naik..Maka obatnya naikkan SBI (sertifikat bank Indonesia), bunga-bunga bank naik, masyarakat tertarik menyimpan uang di bank. Selesai…??? Bunga simpanan tinggi, bunga kredit tinggi, pengusaha tak mampu bayar beban bunga, ekonomi lesu…Pengangguran merebak!! Gampang toh, turunkan SBI, bunga kredit rendah, pengusaha bergairah, tenaga kerja terserap, daya beli naik, uang beredar naik, inflasi naik,dan seterusnya, kembali ke atas..Terus dimana sector riil berperan,.mana gua tahu..penganut John Maynard Keyness sejati.

Saya tidak tahu kenapa dua cecunguk Darwin dan Keynes itu masih saja dianut…Atau memang kita yang tidak paham ekonomi, sehingga yang berhak berbicara tentang kesejahteraan hanya mereka yang duduk di singgasana penguasa..Kita hanya berhak diam atau bersuara lantang di “seberang jalan” seperti kawan-kawan mahasiswa..

Bersambung….


Jumat, 27 Juni 2008

Refleksi Diri

By Siswanto Ariadi

Saya mempunyai rutinitas yang lumayan monoton untuk mengejar rejeki di pinggiran jakarta. Berangkat dari Bogor jam 6 pagi, nyampai kantor di Bekasi jam 7.15, makan pagi di warung, baca koran pagi, trus mulailah bekerja dari jam 8 sampai malam, dan nyampe rumah dari jam 9-10an malam. Begitu seterusnya sampai hampir 2 thn ini.
Kadang saya berfikir mengenai masa kuliah saya, dengan wacana yang condong kiri, bekerja seperti ini sangat jauh dari bayangan ideal yang saya gambarkan dulu. Dulu saya sangat menentang cara hidup "linier" yaitu kuliah, kerja, karir, kawin, punya anak, memelihara anak, bla...bla...bla... dan akhirnya mati. Sungguh tak ubahnya saya seperti hewan yang mati tanpa meninggalkan apapun. Masih untung hewan ada yang mau makan dagingnya. Lha kalau saya???
Mungkin "Sumanto" pun belum tentu mau...?
Sampai saat ini saya pun masih bingung kok bisa saya terjebak dalam situasi ini???

Jadi apakah ini adalah buah dari sesuatu hal yang saya hindari atau bagaimana. Teringat lagi dengan buku The Secret, jika kita menghindari sesuatu, maka justru akan datang energi yang besar tentang sesuatu tersebut. Jika kita benci terhadap sesuatu maka justru itu akan terjadi pada diri kita peristiwa tersebut. Aneh?? Dan itu terjadi pada saya..

Jadi proporsional aja dalam menilai sesuatu....

Siswanto Ariadi

Kamis, 26 Juni 2008

BLT (Bahan Lelucon Terkonyol)

by Siswanto Ariadi

Akhirnya terjadi juga....
BBM naik hampir 30 % dan itu pasti berdampak dengan naiknya semua kebutuhan masyarakat.
Semua barang2 naik juga mengikuti meningkatnya harga BBM.
Logika dasar pemerintah dalam menaikkan BBM adalah harga pasar internasional sudah $130/barel dan itu kalo diliterkan adalah 12 rb per liter. Pemerintah merasionalisasikan bahwa kenaikan harga BBM tidak terelakkan untuk menaikkan harga BBM karena subsidi negara yang dibakar oleh oleh minyak "katanya" sudah 400 trilyun. Jadi dari pada duit yang besar itu hangus terbakar mendingan untuk pembangunan yang lain, contohnya adalah infrastruktur, beasiswa pendidikan, pembangunan irigasi dan lainnya.
Sekarang yang perlu dikaji adalah efektifkah BLT itu????
Logika pemerintah untuk memberikan BLT adalah bahwa kenaikan harga komoditas dan jasa pasti akan naik mengikuti kenaikan harga BBM. Jadi perlu ada bantalan untuk menahan goncangan akibat terkoreksinya pendapatan masyarakat ekonomi lemah agar tidak "terlalu sengsara" dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokoknya. Pemerintah memperkirakan bahwa kenaikan harga bahan dan jasa berkisar 10-30 %, sehingga diperlukanlah BLT untuk menahan goncangan disparitas pendapatan dan pengeluaran. Sehingga masyarakat ekonomi lemah masih dapat memenuhi kebutuhan pokoknya selama 6 bulan. Dan sesudah itu wassalam.... Tidak ada lagi instrumen pemerintah untuk BLT lagi bagi masyarakat ekonomi lemah. Dan pendapatan masyarakat tetap aja berkisar 500-600 rb per bulan. Dan kedepan nggak tahu apakah mereka akan makan nasi dengan lauk atau tidak? Anaknya mungkin tidak lagi minum susu tetapi "tajin" (sisa rebusan beras yang mengental).
Saya gelisah melihat ini? Karena saya bukan ekonom yang mampu merumuskan kebijakan dengan variabel2nya. Tetapi saya melihat BLT ini sangat tidak beradab karena memperpanjang kultur meminta2 bagi masyarakat. Membuat masyarakat Indonesia seakan2 semua adalah peminta2.
Menurut saya "bantalan" yang diperlukan terlebih dahulu untuk mempersiapkan kenaikan harga BBM adalah sebenarnya meningkatkan pendapatan masyarakat terlebih dahulu. Kalau untuk petani maka yang diperlukan menurut saya adalah membantu meningkatkan harga komoditas tingkat petani dengan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Pemerintah bisa menjadi regulator untuk meningkatkan harga komoditas tingkat petani.
Taruhlah padi, kedelai, dan jagung, jika pemerintah serius untuk meningkatkan pendapatan petani, maka jadilah wasit yang adil antara pasar dan petani, jangan menyerahkan kepada mekanisme pasar. Selama kelembagaan petani belum kuat maka pemerintah harus mengambil peran ini.
Jika untuk buruh, menurut saya siapkan pondasi untuk UMR yang mampu mebuat buruh hidup layak. Karena buruh di Indonesia penghasilannya hanya 1 jt per bulan. Dan untuk hidup layak sangat jauh dari harapan.
BBM yang murah sebenarnya juga oli untuk industri kecil dan menengah, karena dengan BBM yang murah merupakan beban biaya yang cukup besar untuk proses produksi, sehingga produk Indonesia diharapkan bisa kompetitif di pasar lokal dan global.

Jadi BLT adalah hal terkonyol yang 2 x terjadi Indonesia. Rasanya pemerintah sudah malas untuk mencari jalan keluar yang lebih beradab dan punya visi. Ambil enaknya aja....


Bekasi, 26 Juni'08

Siswanto Ariadi

Rabu, 25 Juni 2008

TV: Kotak Ajaib;Sahabat atau Musuh???

By Siswanto Ariadi

TV adalah kotak ajaib yang mampu merubah dunia..
Pecahnya Uni Soviet adalah salah satu akibat dari masif-nya berita di tv. Hal ini mendorong proses perpecahan Uni Soviet menjadi semakin cepat. Di Indonesia, reformasi di Indonesia pun didorong oleh begitu gencarnya TV memberitakan demonstrasi yang setiap hari dilakukan oleh mahasiswa. Hasilnya memang sungguh luar biasa, rezim pun bisa dipaksa mengundurkan diri dengan korban beberapa mahasiswa dan kerusuhan rasial yang menjadi semacam misteri karena tidak terselesaikan.
TV di Indonesia memang mengerikan. Porsi pendidikan, transformasi, informasi yang mencerdaskan sungguh minim. Yang terjadi adalah banyaknya tampilan kekerasan yang telanjang dipertontonkan oleh tv dan ini tiada sensor. Berita kerusuhan, kriminal, bentrokan, disajikan dengan sangat telanjang oleh tv. TV menjadi lembaga yang sangat tidak beradab ketika menyajikan berita bergambar yang gamblang sekali menyajikan kekerasan (sampai orang berdarah-darah pun harus dimunculkan gambarnya). Contoh kasus : kekerasan Front keagamaan , STPDN, geng perempuan...
Berita gosip yang nggak bermutu, sinetron yang mendayu-dayu, dominan sekali ditayangkan oleh tv. Sampai saya berfikir beginikah kualitas media TV dalam memberikan hiburan kepada masyarakat.
Budaya masyarakat tidak linier terjadi dengan sendirinya. Masyarakat Jawa menjadi berbudaya agraris karena akibat orientasi mataram yang dulunya maritim dipaksa hidup dipedesaan. Masyarakat tidak berbudaya baca dan tulis karena dibentuk oleh budaya oral yang sangat lama.
Karena masyarakat memang dibentuk menjadi orang yang berbudaya melihat dan mendengar oleh rezim... Jadi pemimpin dan sistemlah yang bisa merubah budaya masyarakat. Sebagai contoh adalah Singapura mengajarkan agar warganya tidak meludah sembarangan dan itu berhasil karena pemimpin dan sistemnya memberlakukan itu.

TV bisa menjadi sahabat jika menyajikan berita yang transformatif, mendorong ke arah perubahan pola pikir yang progresif dan menimbulkan semangat dalam perbaikan. TV seharusnya mengambil peran ini. Jangan hanya menjadikan profit dan rating sebagai tujuan utama. Ada TV yang mengambil peran ini, tetapi menurut pendapat saya masih Barat centris.. Terlalu mengglobal, paling hanya sampai ke 2 jt penduduknya saja, tidak sampai ke 200 jt penduduk Indonesia. Jadi masih belum masuk mayoritas masyarakat, untuk merubah pola pikir masih jauuuhhhh....

Agak utopis memang... Tapi segala sesuatu harus dimulai dari mimpi....
Buku The Secret memberikan pencerahan untuk sesuatu keinginan harus disuarakan terus menerus, karena akan menarik energi positif dari semesta...[.]

Selasa, 24 Juni 2008

Akibat BBM naik.... banyak yang kalut....

By Rachman Adi Saputra

Ini orang yang bikin heboh dunia bisnis minggu ini.... Itu juga setelah saya tadi malam menonton Metro TV realitas. Namanya Bapak Ahmad Zaini dengan pengakuannya yang "konon" memiliki kekayaan 18 ribu triliun !!!!!! hampir 20 kali lipat APBN Indonesia yang disimpan di beberapa bank di luar negeri. (edan tuenannnnnn......) mungkin coba saya jelaskan dengan angka kira2 seperti ini Rp. 18.000.000.000.000.000-/. dibandingkan dengan kekayaan Bill Gates yang pernah menjadi orang terkaya di dunia sekitar Rp. 500 triliun.... masih sangat jauh dengan kekayaan orang dari Tasikmalaya ini. Kalo Aburizal Bakrie mah lewat kali .......hehehe
Yang menghebohkan adalah pada suat ketika dia memasang iklan gratisan di Friendster bahwa dia akan membagikan dana sebesar 50 milyar kepada setiap proposal yang disetujui untuk kegiatan sosial, sehingga dengan berbondong-bondong datanglah pengusaha dan orang2 yang ingin mendapatkan duit gratis tersebut. Konyolnya ada juga rektor dari perguruan tinggi swasta yang juga antre minta dana.....
Kayanya ini orang cuma cari sensasi saja dan setelah itu dia menghilang entah kemana beserta dana yang kabarnya akan dibagikan pada pertengahan Juni... (Lha Wong ini sudah akhir Juni)....
Ujung2nya ini cuma jadi penipuan belaka...
Mungkin karena kondisi perekonomian yang berat sehingga membuat banyak orang gelap mata dan tidak berpikir rasional kali ya.....
Persis dengan kenyataan yang pernah saya temui beberapa tahun lalu waktu masih kuliah oleh seorang teman, saya dan Luqman (ingat UBS man???) diajak mengikuti sebuah presentasi yang pada awalnya tidak diberitahu dengan tujuan apa .....
Sehingga pada akhir diterangkan saya baru nyandak kalo ini modus baru penipuan berantai yang menggunakan orang2 yang tidak mengerti apa2 untuk perpanjangan tangan dengan iming2 bonus point yang bercabang2 yang rumit bin mbulet dan barang berupa sabun dan sampo yang merknya juga gak pernah kedengaran... ??????
Pada waktu break saya sholat Dzhuhur dan setelah itu berdiskusi dengan abang Luqman dan kebetulan koq merasa sama2 tidak sreg dengan presentasi ini dan kami akhirnya memutuskan pulang. Dan saya pun akhirnya mengambil kesimpulan lebih baik menjadi orang yang gak punya dari pada membohongi orang lain dengan cara2 yang gak pantas..... (sok suci ya.....) dan saya pun akhirnya sadar kalo tidak ada hasil instan untuk mendapatkan kekayaan...... (kecuali dapat warisan dari orang terkaya di dunia)....... []

Ada apa dengan anak-anak bangsa ?

By Fida --Sosektaers 1999

Membaca judul postingan mas Luqman –Musuh Terbesar...ternyata ada didekat kita- membuat saya begidik, apalagi ditambah dengan gambar seorang anak dan gadis remaja yang menangis...menangis karena penyesalan, menangis karena kecewa, menangis karena kesal terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar yang tidak pernah mengajarkannya moralitas sehingga dia terperosok..terperosok…dan tidak tau apakah jalan yang dia lalui benar atau salah…sampai akhirnya dia menerima akibatnya…dan menyesal.. Belum lagi ada tulisan dalam gambar itu, “Pornografi Sisi Gelap Media”, fiuuuuhh…

Jadi ingat tadi malam sekilas nonton acara talkshow di salah satu televisi swasta yang mengupas habis tentang pro-kontra pornografi dan pornoaksi di Indonesia. Yang diundang dalam acara itu adalah Djenar Maesa Ayu, seorang penulis novel yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang kata orang-orang sih realistik dan tidak munafik, tapi bagi saya tetap saja vulgar. Saya bisa bilang demikian karena pernah membaca salah satu bukunya, dan juga membaca komentar dari berbagai sumber tentang buku-buku yang dia tulis. Saya ingat banget dalam talkshow itu dia bilang setidaknya begini, ”ngapain sih pemerintah mengurusi/membuat aturan-aturan yang membatasi pornografi dan pornoaksi, sedangkan ada yang lebih penting yang harus mereka urus seperti pendidikan dan perekonomian,..” . Sampai disitu saya langsung males ngikutin acara itu dan saya tinggalkan tv dirumah yang teronggok, berbunyi, tanpa penonton... Ngga habis pikir saja dimana seseorang dengan pendidikan yang dapat dikatakan tinggi bisa mengatakan bahwa pendidikan harus dibenahi, tapi dalam waktu yang bersamaan dia juga mendukung rusaknya pendidikan dan moral bangsa! Menurut saya aneh saja (hehe..monggo kalo ada yang ngga setuju).

Lihat saja sekarang, tontonan untuk anak-anak dan remaja sudah tidak sehat. Banyak tontonan yang secara tidak langsung mengajarkan hedonisme dan pergaulan bebas. Belum lagi tontonan yang mengajarkan anak-anak/remaja untuk saling iri dengan temannya, untuk sikut sana sikut sini, untuk menjelek2kan satu sama lain. Apakah seperti ini calon-calon manusia Indonesia yang akan dibentuk?? Dengan begini, tidak bisa disalahkan jika banyak geng2 ’lucu’ mulai bermunculan. Mulai dari yang bermotor ampe yang pake rok, semuanya membentuk geng, dan adu jago alias berkelahi... Pernahkah setiap orang berfikir kenapa mereka jadi begitu? Pernahkah setiap orang berfikir bagaimana cara memperbaiki mereka, bukan dengan cara ditangkap, ditahan dan dicari siapa yang salah, tapi dicuci otaknya dengan nasehat dan diisi kembali dengan keimanan dan ajaran yang baik. Karena saya yakin setiap kejadian, setiap sikap, setiap perbuatan pasti akibat masa lalu, baik yang dilihat, didengar, maupun yang dirasakan.

Coba bayangkan jika anak-anak kita nantinya harus menerima keadaan dunia yang semakin ruwet (sekarang aja udah ruwet, gimana nanti??!!). Hiiiyyy....serem ngga siiihhh... mulai sekarang para ibu dan bapak, mama dan papa, ayah dan bunda mulai ketat menjaga buah hatinya dengan iman dan takwa serta ajaran-ajaran baik dan bermutu agar bisa mencegah dan menghalau segala penyakit hedon yang merebak (hayooo...ini tugas bagi yang udah punya anak J). Hanya orang tua dan keluarga terdekat yang bisa membantu anak-anak memerangi segala kekacauan dunia, agar anak bangsa kita kembali menjadi anak-anak bangsa yang beradab (bukan begitu mas Rahman...??).

Sabtu, 21 Juni 2008

Musuh terbesar....ternyata ada didekat kita !


By Luqman Setiawan

Mungkin,bolokurowo sosektaer sedunia yang mengakses postingan kali ini akan timbul pertanyaan berkenaan dengan kutipan image di sebelah ini. Pastinya jangan khawatir,karena saya sebagai "pelakunya" akan bertanggungjawab membantu berbagi cerita tentang image tersebut.Pesan saya terhadap anda semua,cukup jelas!
"Jika anda puas dengan tulisan ini,tolong sampaikan kepada kawan-kawan anda semua.Tapi,kalo anda tidak puas...TOLONG BERITAHU KAMI !".
(perasaan,kayak slogan di restoran padang ya?)

Begini,saya ingin memulainya dari salah satu kenangan indah saat kita semua berkesempatan "menikmati" bangku kuliah jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Program Penyuluhan) Universitas Brawijaya.Kenangan tersebut adalah, praktek membuat film !
Bagi saya yang "warganegara" Sosek,urusan utak atik film merupakan proyek yang sangat bergengsi,dan rasanya menjadi faktor penentu yang menaikkan "gengsi" program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian setidaknya terhadap "saudara sekandung kami"...program studi Agribisnis,dan Sosial Ekonomi Pertanian.
Tapi sebelum khalayak pengunjung nantinya diramaikan oleh perdebatan pro dan kontra seputar klaim saya yang kayaknya "bombastis" soal menaikkan gengsi kami (he..he..he..karena pastinya semua program studi punya kelebihan yang saling melengkapi).Oleh karena itu,mohon dibaca penjelasan saya berikut...".
Pertama,jangan dibayangkan proyek buat film kami,layaknya buat film holywood yang super canggih dan bertabur aktor dan aktris kinclong.Atau juga jangan imajinasikan proyek film kami bak produksi film bolywood yang pandai "memerah" air mata penonton.Karena faktanya,proyek film (fileman) kami,layaknya film "kejar tayang".Cuma bedanya,kalo di industri film,kejar tayangnya untuk sebesar-besar meraup fulus demi mengongkosi gaya hidup 'surgawi' insan selebriti. Naah kalo yang kami kerjakan waktu itu murni sebesar-besarnya proyek "kejar tayang"yang penuh dengan idealisme,konsep,dan teori demi mengejar tenggat nilai mata kuliah,untuk semua itu kami berhutang budi baik atas kesabaran dosen yang membimbing kami,Bapak Edy Dwi Cahyono,sehingga proyek kami saat itu yang serba minim segala hal,ternyata masih dapat berwujud kaset video (dan layak disebut film?).

Proyek film ini menjadi salah satu "persekutuan" diantara kami angkatan 1996---senasib yang mengambil mata kuliah yang sama.Semuanya saling mendukung,sutradaranya rame-rame,buat naskahnya gotong royong,kecuali kameranya yang waktu itu pinjem punya Merry Bennetha, artis-artisnya juga.....kita semua !
Setting tempatnya juga tidak jauh dari pekarangan fakultas Pertanian,dan jurusan Sosial Ekonomi Pertanian menambah hematnya energi yang kami investasikan.Lumayanlah,saya kebagian peran testimoni.Dengan rambut gondrong hampir sebahu (waktu itu masih jahiliyah..lha sekarang?nambah...!...he..he..he..),ditambah lagi waktu menyampaikan testimoni sambil cengar cengir--nyaris perkawinan yang sempurna antara grogi dan norak kena pancar kamera.Maka terbentanglah drama setengah serius,setengah promosi,setengah propaganda,dan setengah becanda (?) alias setengah-setengah...yang terangkum dalam film dengan tema yang sangat sakral promosi jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya. entah bagaimana cara menilainya, nyatanya film kami masih terus diputar ulang di lab jurusan beberapa semester setelah kami, yang diperkenalkan dengan bangga kepada khalayak penonton mahasiswa sebagai "hasil" produksi mahasiswa jurusan Sosek PKP.

Bicara mengenai film memang menyenangkan,tak heran banyak orang bersedia merogoh kocek demi memuaskan dahaga akan "sihir" hiburan film. nyatanya hingga saat ini,dunia layar lebar masih menjadi magnet tumpuan mimpi banyak orang di seantero jagad ini.Sebuah impian yang--bisa naif,tapi bisa juga realistik,tergantung dari cara tiap orang memaknainya untuk menjadi sebuah kenyataan.Film,yang dalam pemahaman awam saya kala itu hanyalah produk yang...snapshoot saja alias sekali proyek--selesai sudah,ternyata belakangan diketahui memiliki efek berantai yang luar biasa terhadap pemirsanya.Studi mengenai dampak film dan media massa elektronik--dalam konteks yang lebih besarnya---cukup lugas mewartakan pada kita semua bahwa "hiburan" kita yang satu ini memberi sumbangsih nyata terhadap kesehatan karakter kita selaku pemirsanya. Sihir media massa lewat film dan turunannya dalam telaah kontemporer nyata-nyatanya telah sukses menyumbang kerusakan moral penonton lewat muatan SMS,alias Seks-Mistik-dan...Sadisme..yang dicangkokkan ke dalam alam bawah sadar kita pada sepersekian detik yang sama saat meng-aksesnya.

Salah satu kajian paling populer dan tesisnya jadi bahan rujukan telaah ilmiah kontemporer,adalah tesis dari Dr.Victor B.Cline.Beliau pakar psikiatrik dari negeri paman sam,yang terkenal cukup canggih dan konsisten melakukan kajian secara marathon terhadap efek-efek media yang terkontaminasi muatan "SMS" didalamnya (remember,"SMS"?Seks-Mistik-Sadisme!).
Hasil kajian sang Doktor menggemparkan jagat psikiatrik dunia,dan menguak tabir kegelapan yang selama ini menyelimuti akar penyebab degradasi moral di negeri paman sam selama ini.Berdasarkan hasil penelitian Dr.B.Cline terhadap efek media terhadap pemirsanya,ternyata terkuak bahwa tiap orang yang menonton televisi or media massa dalam arti kompleksnya akan mengalami tahap tahap metamorfosis perubahan karakter sebagai berikut.

Pertama,mula-mula...,pada kali pertama menonton media yang didalamnya--sadar atau tidak--bermuatan "SMS" orang akan terkejut,shock,prihatin,cemas,..pokoknya intinya memberontak-lah terhadap tayangan yang dia saksikan dihadapannya.Lambat-laun alam bawah sadarnya beradaptasi dan mencoba memakluminya,sebagai sesuatu yang...wajar...('waaah heboh...kok ada yaa..yang kayak gitu",demikian kira2 justifikasi dalam benak pemirsa setelah akal sehatnya "takluk" setelah berkali-kali dipertontonkan tayangan bermuatan "SMS").
Fase pertama ini,dalam tesis B.Cline disebut dengan istilah "Addicted",atau bahasa ringkasnya; "kecanduan".Setelah "sukses" memasuki fase kecanduan ini,para pemirsa masuk ke tahap kedua yang dalam terminologi B.Cline disebut dengan fase "Escalation" alias fase eskalasi.Yaitu,setelah pemirsa berulangkali mengakses media massa bermuatan Seks-Mistik-Sadisme,akal sehat penonton mulai memudar dan lambat laun meminta atraksi yang lebih dari sekedar muatan "S-M-S".Individu yang masuk ke dalam fase eskalasi dicirikan sebagai individu yang tuntutan tingkat kepuasan menontonnya makin tinggi.Kalo pada awal memirsa media,penonton akan deg-degan,keringet dingin,or tutup mata lantaran baru liat adegan "buka satu kancing"...naah pada tahap eskalasi,seorang pengidap tahap ini akan sangat merasa kurang dengan adegan tersebut,kalo perlu sampe "terjadi adegan syuur" dan teruss..terus..lebih dari itu.Demikian ciri individu yang teridentifikasi masuk fase kedua menurut tesis B.Cline.Terus berlanjutnya...individu meningkatkan akses seluruh inderanya terhadap media massa..mengantarkan seseorang terjerumus ke fase ketiga versi terminologi Dr.B.Cline,yaitu fase "Desensitization".Salah satu tes paling mudah dalam mengidentifikasi apakah seseorang sudah "naik kelas" sampai tahap ini atau belum,adalah misalnya,dengan menanyakan kepada yang bersangkutan berkaitan dengan suatu topik populer berkenaan dengan fenomena yang terjadi.Sebagai contoh,beberapa waktu yang lalu berkembang polemik atas film berjudul "ML Mau Lagi",yang berdasarkan kajian ilmiah dari berbagai lembaga independen di negeri ini terbukti sarat dengan muatan "S" yang pertama dalam "S-M-S" alias "Seks".Tanyakan pada responden anda (atau bahkan anda sendiri) apakah film itu layak diedarkan dan dikonsumsi penonton atau tidak?Sebagai penguat,tawarkan responden anda,atau diri anda untuk melihat cuplikan filmnya via youtube,misalnya.Kalo jawaban responden,or anda adalah "Layak",..jangan tersinggung kalo dengan "sangat menyesal" kita sampaikan bahwa "responden" anda sudah masuk fase berbahaya..yaitu fase desensitization.Pada fase tersebut,individu kehilangan sensitifitasnya terhadap norma dan nilai-nilai moral yang selama ini melindunginya.Bahayanya, justru rasa kepemilikan terhadap norma-lah justu pembeda yang paling terang benderang antara kita bangsa manusia dengan-maaf----binatang !
Dengan kata lain, melalui norma-norma moral lah sesungguhnya pondasi kehidupan kita dalam bermasyarakat dibangun,dan mestinya dipertahankan.

Kerusakan "sempurna" yang sukses disebarkan melalui media massa yang digerakkan sesuai pesanan cukong pemodal dunia gelap dewasa ini dideteksi oleh Dr.B.Cline dengan fase keempatnya.Dan fase tersebut dalam terminologi Victor B.Cline disebut dengan fase "Act Out".Dari namanya,kita semua tahu bahwa fase ini adalah fase pelampiasan ! Penonton melampiaskan adegan yang diterimanya dari media massa ke kehidupan nyata.Maka,tiba-tiba kita terkesiap sejenak menyaksikan fenomena yang terjadi dewasa ini..."ayah memperkosa anak..anak memperkosa ibu...ibu menjual anak gadisnya...film porno si anu dan si anu...yang mahasiswa..yang politikus...anak men-smack down temannya...bla..bla..bla..

Maka berdasarkan kajian Dr Victor B.Cline tersebut,kita semua dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan dan pertahanan yang terbaik melawan musuh terbesar dalam eksistensi kemanusiaan kita.Karena,musuh terbesar diluar diri kita sendiri,ternyata justru ada di dekat kita dan sangat lekat dengan denyut nadi irama keseharian anda selama ini."enemy of the blanket" alias musuh dalam selimut kita adalah...muatan menyimpang yang diselipkan saat televisi...radio...koran...komputer beserta varian teknologinya (seperti yang saya gunakan ini)...dipancarkan dengan sinyal kedap pandang menuju seluruh ruang eksistensi kita.
Oleh karena itu jangan heran,kalo mendapati anak anak kita tercinta yang masih balita dan sedang dalam masa belajar mengolah kata,tiba-tiba suatu waktu sepulang kita kerja...terdengar oleh telinga kita mengucapkan kata-maaf-...."bangsat...kubunuh kau...kurangajar...bajingan..." dan seribu satu kata tak senonoh yang justru malah didapatkan dari siaran..televisi pendidikan,misalnya.Dan kita sebagai orang tua dipaksa makin frustasi menyaksikan anak kita yang masih menginjak SD...pacaran..misalnya,..lagi lagi karena dididik oleh guru "salah asuhan" yang bernama media massa.

Apakah kita semua akan berpangku tangan menyaksikan serbuan jutaan muatan beracun perusak moral merontokkan tiang-tiang moral...pribadi..rumah tangga..dan lingkungan kita dalam tiap detik kejapan mata melalui pancaran media massa di bilik pribadi kita ? Bahkan seekor semut yang kecil dan hina itupun melawan dengan menggigit kala terinjak. Dan seekor lebah yang teraniaya melawan dengan sengat hingga akhir hayatnya. Maka beruntunglah kita manusia yang diberi kuasa akal sehat dilengkapi dengan detektor paling canggih maha karya yang Maha Kuasa.Kewarasan kita yang paling lemah mampu melawan dengan kata hati..mana yang baik untuk kita terima dan mana yang tidak layak untuk kita terima.Berjabat erat dengan sesama individu yang prihatin dengan membengkaknya pasien fase keempat--versi B.Cline,maka terbentuklah komunitas-komunitas masyarakat yang kritis dan mendorong pengurangan eksistensi media massa yang lebih "bersahabat".Di AS ada Parent Association yang punya program diet TV dan gerakannya mampu mendikte industri media massa disana untuk lebih ketat memperbaiki content agar lebih mendidik.Bahkan di UK,menurut pengalaman kawan aktivis (dan kini sukses terpilih jadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak-Komnas PA) yang pernah tinggal di Shefield suatu ketika ada kejadian menarik dan ramai diberitakan media massa setempat.Kisah tentang perusahaan televisi (broadcast) yang menuntut pemerintah dan komunitas melek media setempat untuk mencabut fatwa larangan menyiarkan satu film lokal yang didalamnya ada muatan adegan anak mencaci maki orang tuanya.Dan,cerita kawan saya itu,ternyata pengadilan setempat memenangkan pemerintah dan koalisi rakyat,bahkan mengukuhkan secara hukum fatwa larangan penyiaran film tersebut sebagai bagian dari putusan pengadilan.Bayangkan,di UK aja,adegan anak mencaci-maki orang tua sampai menyebabkan filmnya gak bisa disiarkan.Lha kita di Indonesia...buanyaaak adegan yang lebih dari sekedar caci maki..bisa bebas berseliweran diruang keluarga kita.

Oleh karena itu,serta merta menjadi relevan petuah bijak kakek pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantoro terhadap para pejuang dan aktivis pengamal ilmu.Bahwa ilmu yang kita miliki hanya akan berharga jika kita mengamalkannya kepada masyarakat seluas-luasnya.Dengan ilmu kita membuat perubahan,sebuah peta dunia untuk anak cucu kita yang lebih baik dari kita.Dengan ilmu yang makin berat kita miliki...kita menerapkannya dengan titah Ki Hajar Dewantoro..."Ing Ngarso Sung Tulodo"...saat kita dibaris terdepan dari pengamal ilmu kita tampil dengan keteladanan."Ing Madyo Mangun Karso"...saat kita ditengah kita menjadi pelopor semangat dan mesin aktifisme yang dapat dihandalkan.
Dan "Tut Wuri Handayani"...saat kita ada dibelakang barisan...tampil bersama-sama jadi "provokator" ilmu agar terus jadi lebih sempurna dalam kebaikan dan kebajikan.Bersama-sama tolong menolong dalam saling mengingatkan..dalam koridor "amal ma'ruf nahi mungkar"...saling mengingatkan dalam kebajikan dan saling mencegah dalam kemungkaran.

Dan image judul film yang anda saksikan di atas,adalah salah satu "semut kecil" untuk "menggigit" kita dan para industrialis media akan bahaya muatan pornografi serta akibatnya terhadap para pemirsa. Film yang dikreasi oleh komunitas masyarakat yang peduli terhadap bahaya pornografi,dan tergabung dalam ormas Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (wow namanya radikal yach..ada "tolak"nya),demikian nama ormas yang ber basis di Jakarta ini layaknya sinyal "redup" mercusuar ditengah bentangan karang "Seks-Mistik-Sadisme" dalam media massa kita.Film ini dibuat pada pertengahan tahun lalu dengan biaya terbilang murah untuk ukuran film "indie" yang kira kira senilai kurang dari..harga atoz 2002 lah (tanya Rachman berapa..he..he..he..).
Menyaksikan film yang tampil seadanya ini, penonton digiring layaknya memirsa "virus" pornografi dengan mikroskop tabir surya sehingga pengaruh sang kuman dengan mata telanjang terpancar cukup lugas pada sebuah film.

Kabar buruknya,film ini tersedia sangat sedikit. total jumlah yang dicetak tidak lebih dari 100 keping,karena pada dasarnya film ini jauh dari tujuan komersil,dan khusus ditujukan buat cinderamata pejabat negara yang punya pengaruh terhadap kebijakan media massa di negeri ini. Tercatat,menteri-menteri dijajaran kabinet kepresidenan Bpk SBY,jajaran setingkat esselon 1 di tingkat perumus RUU Pornografi,beberapa "tokoh kunci" anggota DPR dibalik Pansus RUU Pornografi,Gubernur beberapa propinsi yang well concern dengan masalah Pornografi (Sebagian Sumatera,Sulawesi,Sebagian di Jawa),dan beberapa kepada dinas pendidikan telah menjadi "kolektor" VCD yang image-nya terpampang di atas. Dengan kata lain, dapat kita katakan bahwa film juga bisa jadi alat lobby paling canggih dalam mempengaruhi keputusan pejabat terhadap issue tertentu.

Kabar baiknya,ormas Perhimpunan MTP berkenan menyisakan 5 keping film ini dengan VCD Private label asli.... khusus.... untuk anda Sosektaer pengunjung setia blog ini. Caranya,japri via email penulis aja kali yaa...,tapi sekali lagi mohon maaf, ini jauh dari tujuan komersiil lho. Anda hanya...mohon maaf... dikenakan pengganti biaya cetak dan pos yang nominalnya juawuuuh..di bawah nominal harga film private label sejenis. Dengan meng-koleksi VCD Genuine private label berjudul : "PORNOGRAFI Sisi Gelap Media" setidaknya anda memberikan "sedekah" buat diri sendiri dan lingkungan disekitar anda tentang bahaya muatan Pornografi di media massa,atau siapa tahuuu...bisa melahirkan ide kreatif anda untuk punya hobby jadi kolektor VCD Genuine Private Label,misalnya. Karena ingat...jumlah-nya dibatasi tidak lebih dari 100 keping,dan dikhususkan untuk koleksi pejabat publik !
So....mau tunggu apa lagi ?[]

Kamis, 19 Juni 2008

Untung gak jadi masuk STPDN

By Rachman Adi Saputra

Dulu, waktu saya masih duduk di SMA pernah kebayang pengen masuk STPDN. Pasti asik nih, pakaian kaya taruna kalo udah lulus bisa jadi camat... Ntar pas di KTP terpampang nama saya di KTP itu......(pasti keren) hehehe ngayal banget ya.....
Ituuuuuuuu dulu............ pas begitu tau kejadian aksi premanisme yang dibungkus dengan tata cara sok militer. "Busettttttt...." Saya jadi bersyukur gak jadi masuk dan malah keterima di Sosek UB..... walaupun OSPEK kaya begitu yang buat kita pagi2 jam 04.00 udah harus mandi... mana Malang bulan begitu kan anginnya pas dingin2nya lagi.... Habis gitu disuruh cari kresek hijau dan kalo rekan2 masih ingat bawa singkong 30 cm dibagi jadi 3 dan tiap 10 cm harus di goreng, direbus dan dibakar.... Gila....nyari dimana tempat buat bakar dan masak singkong. Lha wong kita kos aja gak ada kompornya.....Eh gak taunya abis senam pertanian malah disuruh sarapan dengan Singkong itu ... Edannnnnnnn..... gmn rasanya coba....
Tapi dengan kondisi begitu masih jauhlah dengan kondisi seandainya saya keterima di STPDN. Mungkin begitu lulus saya udah gak bisa maen bola karena tulang rusuk saya patah semua...... Ehhhhhhhhh gak lama ada kabar kalo STIP punya Dep Perhubungan juga ada aksi pukul2an, mungkin pada gak mau kalah sama GANK NERO (Neko2 dikeroyok ala PATI)...hehehe. Kalo udah gitu mau jadi apa ntar kalo lulus bawaannya marah dan pengen dendam terus... dan yang jadi korban adalah adik junior atau bahkan warganya :).....
Makanya saya bersyukur gak dapat pelajaran begitu dari teman2 di Sosek yang cinta damai.... kalo nggak bisa jadi saya juga menjadi sosok yang gak beradab....
Semoga kekerasan bisa dihilangkan dari muka bumi ini... Amin........

Rabu, 18 Juni 2008

Yang di Harap dan Yang Terjadi

By Luqman Setiawan

"Dalam hidup semua hal bisa diatur.kecuali Takdir".

Sosektaer yang budiman,anda semua bisa kompak mendebat saya untuk kalimat yang pertama,tapi pastinya tidak untuk yang kedua.Demikian misteri hidup yang Allah ciptakan untuk memberi pintu bagi setiap manusia agar selalu menjaga kehambaannya kepada Sang Khaliq.Saya ingat,pelajaran pertama tentang "Takdir" kala disetrap guru IPS (SD kelas IV) lantaran tidak mengerjakan PR.Waktu itu guru saya berkata,"kamu tidak mengerjakan PR karena itu kamu sekarang di hukum".Kemudian,guru saya melanjutkan."Kamu yang 'buat' dirimu seperti ini (maksudnya disetrap),ini bukan takdirmu ! dengusnya"
"Waduh...aku gak ngerti,maksud guruku apa pake ngomong-ngomong takdir segala?"demikian batinku bergumam.
Seolah mengerti kebingungan muridnya yang kesulitan mencerna kalimat berbau filosofis tersebut,sang guru meneruskan ucapannya.
"Dalam hidup,katanya".
"kita bisa mengatur hidup,dan Allah yang menyediakan Takdirnya."
Agak jelas dikit tapi tetap membingungkan bagi kita yang masih SD kala itu.
"Kalian tahu gak?caranya mengatur hidup?tanya sang guru sambil berkacak pinggang dimuka kelas persis disampingku yang berdiri mematung dengan satu kaki setengah menggelantung layaknya burung srigunting hendak mematuk ikan.
"Ini rumusnya.lincah tangan sang guru memetik kapur dan menorehkannya di papan tulis.Debunya berhamburan berebut masuk ke rongga hidungku.
Srek..srek..srek...
dan terpampanglah 4 huruf besar saling bergandengan terpahat di papan tulis.
empat buah huruf, masing-masing ; D,U,I, dan T,lebih tepatnya dalam bentuk formasi tulisan "D-U-I-T".
"Apa yang kalian lihat anak-anak? seru sang guru mengagetkan kami yang sibuk berpikir laksana peserta kuis diburu waktu.
"DUIIIIIIT PAAAAAAK,serentak seisi kelas menjawab dengan berlomba mengeraskan suaranya.Kesempatan emas yang tak ku sia-siakan untuk melepas penat kekesalan melalui medium "menumpang" kebersamaan dalam teriakan.
"Yaaah....bener tapi salaaaah! tandas sang guru memotong cepat.
"Itu yang kalian baca,tapi bukan yang kalian lihat ! lanjut pak Guru."
"Perhatikan baik-baik,Bapak menuliskannya D-U-I-T berarti tidak dibaca menyambung melainkan masing-masing penggalan terpisah ! mengombak tensi sang guru saat menjelaskan maksudnya."
Kemudian,sambung sang guru."Maknanya,D itu Doa,U itu Usaha,I itu Iman,dan T itu Takwa, mengerti anak-anak? tanyanya dengan suara meninggi.
"Mengerti pak guru.Kompak seisi kelas menghaturkan irama kalimat dengan nada yang sama,layaknya lolongan srigala di musim kawin.
"Bagus,anak-anak ! kata pak guru sambil menepiskan kedua telapak tangan menyingkirkan serbuk kapur yang melekat."
"Jadi,camkan baik-baik dalam kepala kalian ! dengan mimik serius pak guru berucap."
"Mulai minggu depan, tidak ada lagi yang berdiri di depan kelas karena tidak mengerjakan PR ! mendesir suara pak guru penuh ancaman sambil mendelik memelototiku".
"Selama kalian selalu hidup dalam keseimbangan doa yang khusyuk,usaha yang keraas,maka itu artinya kalian sudah mengatur hidup dengan baik.di sisi Allah takdir telah diaturNya,dan kalau sudah terjadi,maka tidak ada pilihan yang terbaik selain meng-"iman"inya,dan tetap erat ber "takwa" kepadaNya.Demikian pamungkas wejangan sang guru sambil menepuk pundakku memberi kode untuk kembali ke tempat duduk.

Belajar dari wejangan sang guru di atas,kita semua memiliki kekuasaan untuk mengatur,alias men-setting atau me-lay out kehidupan yang belum terjadi,baik bagi diri sendiri maupun area kehidupan disekeliling yang masih dalam frekuensi "zona pengaruh" kita.Kita memulainya dengan Doa yang diilmiahkan menjadi Visi alias arah tujuan yang akan dicapai,lantas dikawinkan dengan Usaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya,yang diantaranya melalui kerangka rasionalisasi yang bernama Manajemen.Selanjutnya,wusss...takdir datang sebagai ketetapanNya,yang tidak bisa tidak,mau tdk mau,suka tdk suka,kita terima secara semestinya dengan Iman yang terbaik dan selalu penuh dengan rasa syukur,serta terus menjalin Takwa memelihara penghambaah hanya kepadaNya.

Mungkin, karena pelajaran hakekat D-U-I-T dari sang guru itulah yang kemudian membuat saya menjadi percaya kenapa seringkali yang diharapkan tidak sejalan dengan yang terjadi.Kenapa kita ingin menjadi "Superman" (yang super,aktif,dan dapat diandalkan),tapi yang terjadi malah jadi "Simpleman"?(yang pragmatis,instan,naif,dan cuma bisa mengandalkan orang lain).Atau,kenapa saat kita ingin menjadi "Sukses" (berhasil jasmani,rohani),tetapi yang terjadi malah jadi "Pecundang" (yang mentok,dan fatalis).Ternyata jawabnya sederhana.Kembali ke D-U-I-T.
Imani saja.
Dan cengkeram erat terus Ketakwaan []

Selasa, 17 Juni 2008

Gayung bersambut...

By Rachman Adi Saputra

Sok puitis banget ya.... btw tapi trus terang aku agak happy nih karena undanganku kepada siswanto untuk aktif sharing pemikiran di blog ini sudah dijawab tuntas oleh siswanto ariadi (cah mbeling soko ndoho Kediri ).... mas Sis yang kalo diliat dari belakang persis sama rambutnya dengan sosok emha ainun nadjib atau juga sosok seorang mbak Rinda AS ....hehehe
Memang rencananya rekan2 yang mau gabung disini nanti akan di kirimi password biar bisa posting hal itu biar tidak memunculkan password ke forum karena takutnya nanti ada trouble malah kita melongo aja karena gak bisa posting.
Btw kayaknya udah ada rekan kita dari 99 yang mau gabung dan punya ancang2 bwt usaha atau perkuat jaringan... kayaknya asik tuh.. tapi pelan2 aja ya... kita silaturahmi dulu nih sambil kangen2an.... seperti yang kita bahas sebelumnya bahwa blog ini emang bernama sosek96, tapi dengan segala hormat blog inis sangat2 terbuka bwt angkatan lain bahkan dari jurusan lain... monggo.....
Kata orang banyak anak banyak rejeki kan mungkin aja ntar banyak yang aktif disini jadi banyak rejekinya....
Malah kalo bisa rekan2 yang udah aktif juga mau menginformasikan ke rekan2 yang lain melalui sms atau email... perlu dicatat kalo ini sama sekali bukan paksaan tapi lebih pada menuju satu komunitas yang lebih maju... saya yakin koq kalo dengan kualitas rekan2 yang ada di blog ini lebih dari cukup untuk membangun suatu komunitas yang kuat dan memberikan pencerahan antara yang satu dengan yang lain....
Terima kasih.... peace.....

Luqman Tiada Lawan!!

By Siswanto Ariadi

Ini adalah pendapat saya mengenai Luqman...
Pemanasan untuk meramaikan Blog ini dengan tulisan2 saya nantinya...

Bagi saya Luqman adalah:
1. mentor dalam politik dan aktivisme...
2. kawan yang saya pilih untuk ke jalan yang benar yaitu Permaseta...
3. lawan diskusi yang tangguh dan wacana yang hampir tiada ujung...
4. teman yang berusaha membangun peradaban idealnya sendiri....
5. sahabat yang emosinya berada dititik nol...

beda dengan saya yang jauh tersesat ke jalan yang salah dan belum bisa kembali...

kawanmu..
siswanto ariadi
sea'96

Senin, 16 Juni 2008

Para Pemenang Sesungguhnya Selalu ada di Hati Kami

By Luqman Setiawan

Pernah dengar judul film "Cintaku di Kampus Biru ? or pernah nonton filmnya?".
Yah film melodramatis yang dibintangi oleh aktor flamboyan Rano Karno,yang kini mapan memangku jabatan Wakil Walikota Tangerang tersebut--sesuai dengan judulnya tentu mudah ditebak berlatar kehidupan dinamika mahasiswa dan kampus.Dengan alur cerita drama melankolis ala film india dalam wujud simplenya,"Cintaku di Kampus Biru" apik menghantarkan khalayak penonton menikmati sajian percintaan ala kampus yang bak negeri dongeng tak jauh dilatari seputar 3 hal; buku,pesta,dan..cinta! aha!

Potret buram mahasiswa,dengan hip hop ala "cinderella mencari 'mangsa' pangeran yang tersesat dengan 1 sepatu kaca" memang menjadi episode kerisauan tersendiri dikalangan pemikir kampus ditiap jamannya.Mahasiswa jaman pra kemerdekaan,misalnya diantaranya tampil Soekarno.Ia jeli mendobrak kesakralan mahasiswa yang (pada waktu itu) cuma bisa dikecap oleh kalangan ningrat,plus bolokurowo pamong prajanya. Soekarno muda brilian membesarkan karakteristik mahasiswa dan cendekia dijamannya menjadi alat pergerakan efektif yang menyatu dengan rakyat jelata.Pada era selanjutnya,tampil silih berganti pendobrak2 mahasiswa sesuai dengan prolematika jamannya.Diantaranya yang populer,Soe Hok Gie.
yah,Soe Hok Gie yang kritis dan reaksioner terhadap ketimpangan jamannya,"diselamatkan" oleh keabadian di puncak merapi. Sejalan dengan kepergiannya,mengantarkan "pemberontakan akal sehatnya" yang tersimpan rapi lewat buku harian untuk di akses oleh berjuta mata mahasiswa seluruh jagad.Dijaman selanjutnya,ada pemuda Nurcholis Madjid di era 70an dengan pemberontakan totalnya terhadap kemapanan tata intelektualitas anak negeri.Di era 80an bertabur bintang2 muda pendobrak kemapanan mahasiswa dan realitasnya,diantaranya..Adie Sasono muda yang mengawali babak baru revolusi pemikiran berbasis aktual ditandai dengan redefinisi konsep Ornop menjadi LSM.
Era 90an meledaknya gerakan pro Demokrasi bak cendawan di musim hujan.Pemikir2 mahasiswa dari blok kiri,kanan,tengah,sampai yang opportunis lahir susul menyusul dijaman ini mengantarkan hiruk pikuk reformasi di penghujung era.

Mungkin terlalu panjang untuk diceritakan jika kita membahas secara detail pergulatan para think thank mahasiswa di tiap jaman,bahkan bisa saja tidak relevan untuk dibahas dalam blog ini.Kembali ke "Cintaku di Kampus Biru". Terlalu banyak story yang tidak mungkin dapat kita hapuskan dalam kurun perjalanan kebersamaan menempuh titel kesarjanaan kita.Yang patut pula untuk di catat ; terlalu banyak pengorbanan terbaik dari orang orang tercinta di sekeliling kita yang menyediakan pundaknya untuk kita pijak demi tangan kita menggapai asa.Dan asa itu yang saat ini telah kita kecap hasilnya.
Untuk mereka ; orang tua, kerabat, kekasih, sahabat, karyawan kampus, bapak- ibu dosen,dan semua anda permata kehidupan kami ; yang telah mewujudkan semuanya menjadi nyata.
Untuk Anda semua blog ini kami persembahkan.
Karena anda semualah pemenang sesungguhnya dari episode kehidupan kami di kampus Universitas Brawijaya Malang.
Satu rahasia terpendam yang ingin kami sampaikan kepada anda semua.
"Para Pemenang Sesungguhnya Selalu ada di Hati Kami".
Dan itu nyata []

Sabtu, 14 Juni 2008

Piala Eropa sudah tiba

By Rachman Adi Saputra

Pritttttttttttttttttt..................

Bola sudah diletakkan ditengah lapangan dan para pemain sudah bersiap mengejar bola... suatu hal yang menurut sebagian orang "konyol" karena satu orang diperebutkan oleh 22 orang dengan dilihat langsung oleh puluhan ribu orang yang hadir di stadion dan milyaran orang yang menonton di rumah masing-masing secara live..... Sehingga ada orang yang bilang "Mbok ya dikasih satu orang satu bola biar gak pada rebutan"...... hehehe
Yup benar... pertandingannya dilangsungkan di Eropa beribu2 kilometer jauhnya dari tempat kita berada namun seakan2 terasa sangat dekat, sehingga seolah2 kita juga ikut memiiliki kesebelasan tersebut. Dan bahkan ada yang ngamuk2 pada saat salah seorang pemain dikeluarkan karena di espulso (kartu merah) oleh wasit.... padahal pemain yang dikartu merah itu kenal aja nggak sama kita...
Tapi itulah magisnya pertandinga sepak bola.... seakan2 kita juga ikut berkompetisi dan membandingkan satu negara dengan negara yang lain.... (bayangkan kalo kita juga mendukung Belanda dan Portugal yang notabene pernah menjajah negara kita) .... tapi itu kan dulu... sekarang bisa jadi negara2 tersebut sudah mendarah daging ke dalam tubuh kita ..... jadinya sah2 aja kalo ada yang fanantik bahkan dengan mantan musuh kita......
Indonesia.... ??????? yah jangan pernah berharap Indonesia bisa aktif di ajang piala eropa.... lah wong kita kan tinggal di asia hehehe.... tapi yang di asia pun juga pastinya kalo tturnamen menggos2..... karena ketinggalan baik teknik maupun stamina dengan yang lain2. Jangan lawan Brazil atau Argentina, lah wong lawan Laos, Kamboja aja belum tentu menang apalagi lawan Thailand atawa singapura.... Ancur....
Bagaimana gak ancur wong kita ini terlalu sombong dengan tidak mau menaturalisasi pemain asing..... seakan2 kita terlalu yakin dengan kemampuan kira sendiri.... Wajar kalo kita negara Brazil atawa Argentina yang banyak dianugerahi dengan pemain2 berkualitas..... Mbok ya nyontoh negara2 yang udah maju di Asia kaya Jepang gitu loh... yang pada saat memutuskan untuk maju di memutuskan untuk menaturalisasi Alex untuk menjhadi salah satu bagian timnasnya.... hasilnya Jepang sudah mencicipi piala dunia di jaman modern.... Negara maju sekelas Jerman menaturalisasi Asamoah, Odonkor, Podolski, Portugal menaturalisasi Deco, Amerika Serikat menaturalisasi Adu, Italia --> Camoranesi, kenapa kita nggak meniru mereka????
Wah maap yah, kayaknya membahas piala eropa terlalu serius nih.. jadi ingat waktu kita buat sepakbola parkir pada waktu PERMASETA dulu..... yang buat anak2 berkompetisi dan berinteraksi secara aktif di lapangan parkir.....hehehe
Jadi kapan nih Indonesia ke piala dunia??????????

Kamis, 12 Juni 2008

Luqman dilawan

"Man, coba kamu ketik nama kamu di google" kata Mr Luqman pada suatu hari kepada saya....
Dalam hati saya ragu dengan apa yang akan saya dapatkan dengan mengetikkan nama saya di internet....
Iseng2 saya coba juga hingga akhirnya tampil di layar monitor Situs PERMASETA yang sudah sangat baik dan rapi (salut buat rekan2) cuma sekarang kalo saya iseng2 mampir jarang di update (sayang tuh)..... padahal membuat situs seperti itu hanya sempat menjadi angan2 saja ketika saya dan Cak Slamet mencoba meng upload bio data rekan2 96 sebagai kenang2an sebelum lulus2an.
Hasil dari perkataan Luqman tadi terus terngingang di kepala saya bahwa suatu hari kita juga harus punya wadah untk mempertemukan teman2 kita yang udah gak jelas letak geografisnya lagi sekarang....... bayangkan saja dengan kabar ini FAKTA...........
Merry sekarang ada di Aceh, Ekos kecil ada di Riau, Anik Penyuluhan sekarang juga di Riau, Rinda ada di Samarinda...... Ibnu di Jember, Luqman di Jakarta... Sis di Jakarta dan saya di Surabaya dan pastinya masih ada rekan2 lain yang mungkin lebih jauh lagi karena kabarnya si jarwo lagi sekolah ke amrik..... Nah lho...... terus kita kapan ketemunya..?????????
Makanya harapannya kita bisa kumpul lagi lewat cara lain.... ini bukan satunya jalan untuk bertemu tapi sebagai alternatif saja...... Dan Alhamdulillah respon rekan2 ada walaupun belum banyak,,,,, gak masalah yang penting jalan dulu........
Tapi seperti sudah saya prediksikan sebelumnya bahwa ibarat memberi pena dan kertas pada Chairil Anwar pasti dengan segera blog ini akan mengalir pemikiran2 cerdas dari Mr Lukman.. (terima kasih mas Luqman atas dukungannya untuk blog ini).... tapi jelas Luqman gak boleh dibiarkan bekeja sendirian.... harus ada lawannya ... makanya saya himbau teman2 untuk memabantu memerangi tulisan Luqman yang sensasional ini.........
Luqman dilawan !!!!!!!!

Rabu, 11 Juni 2008

" HOBI ANDA APA ?"

By Luqman Setiawan

Menarik untuk disimak,beberapa waktu yang lalu juragan agribisnis nomor wahid di negeri kita--Bob Sadino tampil manggung dalam forum seminar kewirausahaan di kampus tercinta (sayangnya yang ngundang bukan Fakultas Pertanian,tapi Fakultas agrokompleks dari tetangga sebelah!). Dengan penampilan yang nyentrik,celana pendek,dan cangklong rokok ditenteng,bertitah ia bak dewa."Nama saya Bob Sadino",lebar mulutnya kala berucap."Pekerjaan saya sehari-hari maen golf dan berkuda,lanjutnya dengan nada datar laksana dukun beranak mewartakan jenis kelamin jabang bayi kepada sang bunda.Seisi ruangan yang sebelumnya dipenuhi oleh suara kasak-kusuk cekikik pemuda-pemudi puber kedua mendadak senyap.Apa lagi penyebabnya kalo bukan lantaran mendengar getar suara titah sang "dewa bertangan dingin yang mampu merubah telur ayam menjadi wonderfulfarmstore".Namun,untai kalimat sang "dewa" bercelana komprang inilah yang membuat mulut sebagian besar yang hadir diruangan tersebut ternganga-nganga,takjub."Hobi saya,katanya.Berbisnis".
Singkat padat dan jelas,bahkan untuk ukuran anak TK kelas B,kalimat tersebut lugas,apalagi forum kali ini dihadiri oleh peserta yang minimal bertitel mahasiswa (underline,"maha"-siswa,nya yaa..).

Kalimat pembuka perkenalan dari sang dewa agribisnis tersebut rasanya sudah cukup untuk mewartakan apa arah dari bait-bait kalimat selanjutnya. Kalo yang bicara seperti itu seorang Luqman,atau Paijo,atau Ngatiyem,atau sapalah yang tidak jelas kontibusinya buat bangsa ini,pastilah kalimat itu langsung menguap disapu angin,tapi anda semua mafhum,yang bicara adalah maestro di jagad dunia agribisnis,lengkap dengan profilnya yang telaten muncul menghiasi majalah dibidang agribisnis seputar manuver dan keberhasilan agribisnisnya. Oom Bob,demikian beliau biasa disapa,nampaknya senang bermain-main seputar mengutak-atik rekam jejak memori (mindset) kita semua.Ia bak ideolog partai yang dengan penuh ketekunan merekonstruksi mindset para pengikutnya yang "poltak" (alias;"polos,lugu,dan 'kadang-kadang' amien tanpa pake otak") secara habis-habisan,lantas menginjeksikannya kembali kedalam benak kita.Bedanya,kalo ideolog menginjeksi dengan "materialisme utopis (dengan tujuan akhir;kekuasaan=jabatan),sedangkan "dewa" Bob sedang berupaya "menyetrum" kita dengan landasan yang aktual dan implementatif (walaah ruwette kon Man! he..he..kamsutnya misalnya ;menjadi wiraswasta,itu salah satu strain dogma-nya,Pen).Atau dengan bahasa yang lebih ekstrim,Bob ingin menuntun kita semua ke "jalan yang benar" untuk kehidupan produktif kita yang terbaik.


Logika terbalik ala Oom Bob nampaknya akan selalu relevan sepanjang jaman,tapi tunggu dulu,tentu sepanjang cara implementasi kita yang tepat.Mari kita perhatikan jalan panjang historis seorang Bob hingga ia jumawa menjadi pendekar agribisnis yang disegani.
Memulai "hobi"nya dengan menjual telur leghorn (ayam negeri) secara langsung ke konsumen (bahasa kerennya direct selling) ke konsumen pengguna (end user) di Jakarta di era Orde Baru muda (awal 70an). Pada waktu itu,tidak lazim bahkan bisa dibilang menjual telur ayam (apalagi ayam leghorn) bagi banyak orang bukan ide yang cerdas lantaran mayoritas rumah tangga di Indonesia memelihara ayam (kampung/buras). Dengan berbekal rumus ketekunan (fokus-fokus-fokus),plus telaten "menyerbu" target market yang tepat (konsumen utamanya ;ekspatriat),pada akhirnya kita semua mafhum,usahanya berkembang kian menggurita Tapi pastinya oom Bob juga melalui masa-masa dimana bisnisnya mendapatkan tantangan,namun terbukti ia mampu melampauinya.

Belajar dari Oom Bob, tindakan yang nyata butuh "amunisi" yang permanen.Dan amunisi yang abadi adalah mindset,sebuah chip kecil dalam otak kita yang mengatur arah tindakan yang menggerakkan tata tindakan kita sepanjang waktu. Dalam kasus Om Bob,dengan brilian,ia membalik saklar dalam lipatan otaknya.Saklar hobi ia injeksi dengan mindset "berbisnis".Artinya,semua tata laku bisnis beserta aneka resiko dan tantangannya dirubahnya menjadi adrenalin yang menyenangkan.Dan sebaliknya,mindset pekerjaan dengan maen golf dan berkuda dipenuhi idiom rutinitas yang penuh relaksasi.Dengan racikan amunisi demikian,gunung terjal macam apa yang tidak dapat ditaklukkan?

Memang hidup ini adalah pilihan. Tapi kitalah yang sebaiknya menentukan pilihan terbaik untuk sepenuh jiwa raga kita darma baktikan. Alih alih kita kalah oleh pilihan nurani lantas terjebak dalam pusara rutinitas dengan hasil yang segitu-segitu aja alias P9=Pergi Pagi Pagi Pulang Peteng Peteng Penghasilan Pas Pasan. Tidakkah kita berani untuk menepi sejenak dari hiruk pikuk rutinitas,berusaha mengurai simpul kusut dalam benak kita untuk mencoba me-reset saklar hobi kita menjadi sesuatu yang powerful,produktif,dan "marketable".
Oh iya,...ngomong-ngomong,"Hobi Anda Apa ?"

Senin, 09 Juni 2008

OSPEK

By Luqman Setiawan

Siapa yang tidak kenal Ospek,yang merupakan bagian dari pintu masuk pergaulan dunia kampus.Meski keberadaanya jauh diluar peta jalan (road map) akademis menuju gelar sarjana,namun Ospek seolah menjadi prasyarat terselubung bagi mahasiswa agar dapat hidup "layak" di lingkungan kampus. Cerita kali ini adalah tentang Ospek Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang,nun di pertengahan akhir 1996,beberapa bulan setelah terjadinya peristiwa berdarah-darah 27 juli 1996 di kantor DPP PDI di Jakarta.

Bak pesta kolosal,ratusan pendatang baru mahasiswa disambut dengan sukacita penuh "udang dibalik batu" oleh puluhan senioren berjaket almamater biru dengan gantungan kalung tanda pengenal mirip kambing kurban menunggu ajal.Tapi tunggu dulu,kita-kita yang jadi peserta malah lebih parah lagi,berpenampilan ala buruh tani dengan topi caping,baju kaos yang seragam,celana panjang,berbaris ber-banjar-banjar untuk berkali-kali di jemur (pepe) di terik sang surya.Terhitung ada beberapa new comerad kita yang tumbang lantaran dehidrasi,unfitable,atau yang sekedar pura-pura sakit.Dan dengan sigap,regu P3K panitia kita mengamankannya ditempat yang nyaman.

Lima hari Ospek,rasanya seperti setahun ! yah,tiap hari para new comerad menerima tugas yang aneh-aneh,mulai prakarya dari karton,sampai "mantengin" siaran radio yang merelease harga sembako.Berangkat pagi buta,dengan satu-satunya kendaraan yang tersedia pada waktu itu di Malang ; bemo yang bentuknya sejenis dengan bemo milik babenya si Doel (cuma lebih seksian dikit).Sampai di kampus disambut dengan "teguran" (ini bahasa halus untuk cacian dan makian),disuruh lari keliling jalan didalam kompleks kampus sabil nyanyi "Batalion Pertanian All the Way" ,kalo mengenang yang satu ini,sebenarnya kita ini mau jadi opsir perang,atau panglima intelek? Belum puas dengan aksinya, panitia membutuhkan pemeran figuran untuk menambah hangat suasana.Maka ditampilkanlah kawan kita Eko Setiawan (jurusan BP) yang berperawakan mungil baby face mirip bintang iklan "Ayo masuk sekolah" di era Orde Baru.Eko ditampilkan diatas panggung dengan berbagai gaya,dari nyanyi sampai pidato dan memimpin koor lagu kebangsaan "Batalion Pertanian" (belakangan saya sadari bahwa lagu ini adalah gubahan dari yel-yel Marinir).

Dari Ospek inilah kita mulai membangun chemistry kekerabatan dalam ikatan Sosek 96.Pelan-pelan,saya mengenal Ibnu Sina (Agribisnis 96).Suatu sore waktu Ospek hari kedua pulang bareng do'i yang waktu itu tidak lepas dari 2 sahabat se-kampungnya Ridha (Teknik Pertanian 96),dan Mairizal Zahdi (HPT 96,yang sosoknya sudah kita tampilkan sekilas di posting sebelumya). Ibnu Sina,pemuda ganteng,kalo tertawa deret giginya bak gigi kelinci,dengan cepat kita sadari doski punya kemampuan yang luar biasa dalam olah eyel-mengeyel (alias debat).Pada moment yang sama,dilapangan dalam baris ber baris kelompok,saya mengenal Rinda A. Suhadi (PKP 96),yang ramah dengan gaya gaul bak aristokrat yang selalu menjaga agar tata tuturnya tetap berada dalam koridor EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), dan sepanjang pertemanan dengan kawan Rinda ternyata itu memang bagian dari profilnya yang terus disempurnakan.Chemistry kekerabatan sosek pula yang terbentuk dengan Merry Bennetha Pattinama (mohon maaf kalo salah eja,PKP 96),yang selalu antusias (alias gayeng kalo ngomong topik apa aja),makanya gak heran kalo ada kabar bahwa pergaulan perkawanan Mbak Merry dikenal luas berderet-deret,dan punya banyak kawan orang asing.Segera pula saya mafhum,kawan kita Merry "pinang terbelah dua" dengan Cathy (Agribisnis 96).

Untuk yang satu ini,tidak jelas kapan saya terbangun chemistry dengan "pembalap" (pemuda berbadan gelap?he..he..he..just kidding,man !)bernama Rachman Adi Saputra sang Maestro blog ini (yang membuat kita berhutang budi baik pada beliau).Kalo gak salah kita sudah saling kenal tampang sejak Ospek,cuma mulai take care setelah kita ternyata join di UKM yang sama tempat kumpulnya mahasiswa yang suka "nge-dabrus aneh-aneh".Dengan Siswanto ? waduh.Kawan kita yang satu ini sungguh low profile dengan ritme kehidupan kampusnya.Sejak awal mahasiswa dikenal sebagai pegiat fraksi Ekonomi Lemah yang biasa cangkruk di emperan selasar kampus.Sepak terjang olah kanuragannya baru diperhitungkan di jagat dunia Sosek setelah beliau secara mengejutkan menjungkirbalikkan SPKL dari kegiatan karnaval ala "TK mahasiswa" menjadi sebuah event orientasi yang menjadi avant garde-nya new comerad sosektaer.Ada lagi,kawan kita Titis Shinta Dewi.Sosok yang kayaknya menyatu dengan falsafah "silence is gold" ini terkenal ramah dan likuid dalam bergaul tapi hemat dalam mengumbar olah kata.Puncak karier tertingginya dalam republik sosek adalah kala ia sukses memimpin SPKL,FYI,Ketua Pelaksana SPKL merupakan jabatan prestise dijaman itu,dan kalo gak salah sampek surplus budget,plus acara yang berbobot (remember;seksi Acara-nya dipandu oleh Cak Siswanto).Dan ada banyak lagi nama-nama yang tidak tersebut satu persatu,turut menyatu mempengaruhi dan memberikan warna kebersamaan Sosek,dan Insya Allah akan kita kupas sampai tuntas dalam postingan selanjutnya.

Kembali pada topik kita tentang Ospek.Mengulang akhir dari Ospek,kita semua berkumpul di sore hari menjelang maghrib. Dalam lingkaran besar yang ditengahnya berdiri api unggun kecil-kecilan.Satu persatu perabot perpeloncoan mulai papan nama,kaos,sampai caping beterbangan seolah berebut cepat menjadi pangsa api. Dan api membumbung tinggi membelah senja kota Malang, menyatu dengan angin dan pecah terbang kedalam 8 penjuru angin untuk mewartakan kenangan di hari itu.