Senin, 30 Juni 2008

Tentang bisnis


By Luqman Setiawan



Forbes,salah satu lembaga internasional yang getol berbagi informasi seputar profil kaum superkaya di seantero jagat,beberapa hari yang lalu mengumumkan hasil survei tentang peringkat bisnis terhadap 180 negara.Seperti biasa, Indonesia kebagian rangking yang tidak jauh dari seputar "gerbong belakang".Lebih tepatnya, untuk rangkingnya kali ini bangsa kita meraih peringkat 81.

Sebagai gambaran,survei forbes soal rangking bisnis kali ini difokuskan pada tingkat kebebasan personal,diantaranya hak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum yang jujur,atau kebebasan berekspresi dan berorganisasi,selengkapnya dapat diakses di kompas.com
Satu hal yang sedikit menggembirakan buat kita,adalah bahwa peringkat negeri kita dalam soal bisnis versi forbes kali ini setidaknya masih lebih baik daripada negeri filipina yang menempati rangking 91,dan negeri vietnam yang terpuruk di rangking 113. Namun jika meneropong tetangga terdekat kita, malaysia yang bertengger di rangking 38,Thailand di peringkat 53,dan Singapura yang empuk di peringkat 8,tentu rasanya apa yang kita lakukan dalam segala bidang masih harus lebih keras lagi.Setidaknya,agar ketimpangan keunggulan antar negara dalam soal berbisnis dapat lebih diperkecil lagi.

Berbagai survei dari lembaga independent seputar bisnis selalu menjadi informasi yang menarik dan jadi rujukan para pengambil keputusan baik di tingkat lembaga pemerintahan,maupun lembaga ekonomi.Hal pentingnya adalah,karena bisnis merupakan urat nadi penggerak perekonomian suatu negara yang berperan sebagai spons raksasa penyerap tenaga kerja rakyat yang berlimpah.Begitu vitalnya bisnis,hingga rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa 9 dari 10 pintu rizki ada di perniagaan (niaga=praktek riil dari bisnis).Karenanya,bisnis semestinya ditempatkan secara terhormat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan karakteristik bangsa. Disinilah nampaknya pekerjaan rumah kita masih cukup berat.

Salah satu tantangan terbesar yang meyebabkan bangsa kita terus menerus terpuruk secara relatif dibandingkan dengan bangsa bangsa lain utamanya disebabkan karena rendahnya daya saing kekuatan bisnis (business power) kita di era globalisasi perdagangan dengan sengat sistem kapitalis yang mematikan.Rekam jejak (track record) kekuatan bisnis kita dapat diteropong dari akar permasalahan yang paling mendasar di dalam diri kita semua,yakni berkenaan dengan mentalitas bangsa.Yach,mental bangsa kita, termasuk sosektaer semua yang ada didalamnya harus menjadi sumber dari introspeksi total perubahan.Alih-alih mengejar ketertinggalan dengan menyerap total ilmu dan etika berbisnis yang lebih baik,sebagian besar diantara kita malah dengan bangga mengimani mengejar jalan pintas kemakmuran dengan menggadaikan integritas. Maka terhiasilah media massa kita dengan berita yang melulu seputar KKN alias korupsi Kolusi dan Nepotisme,suatu kredo yang ironisnya menjadi mantra bersama saat menumbangkan rezim otoriter sebelumnya.

Di luar belitan penyakit KKN yang begitu besarnya menyedot energi bisnis bangsa,yang tersisa kini tinggallah hidup dengan keamanan dan angan-angan yang semu.Maka tumbuhlah generasi baru,'generasi kardus',yang mengantungkan hidupnya dari 3 mantra keamanan.Keamanan financial (financial security),keamanan pekerjaan (job security),dan keamanan jiwa (insurable security).Tidak heran kalo kita menyaksikan perulangan cita-cita semu anak2 kita,tentang masa depannya.Serentak koor nada yang sama disenandungkan.Ingin jadi pilot,jadi pegawai negeri,jadi tentara,jadi presiden,dan lain-lain.Sedikit yang bilang,ingin jadi pengusaha.Keadaan yang mirip sama dengan jaman penjajahan dulu,saat tunas bangsa menggantungkan impiannya jadi ambtenaar,alias pegawe pamong praja.Karena fatamorgana 3 security yang begitu kuatnya merasuk dalam alam bawah sadar mereka.

Sebagai renungan,saya teringat pada kisah sebuah negeri kecil yang terpuruk ditengah tekanan bangsa lain,tanpa pengakuan dunia internasional,penuh dengan embargo ekonomi,dan seluruh garis pantainya di blokir oleh negara tetangga bernafsu menjadikan negeri kecil tersebut menjadi bagian dari propinsinya.Rakyat di negeri kecil tersebut berjuang dengan segala daya upaya,saling menguatkan diri,dan menciptakan nilai tambah masing-masing.Ironisnya,negeri kecil ini miskin akan sumberdaya alam.Satu-satunya harta terbesar yang mereka miliki adalah diri mereka sendiri.Hari terus berlanjut,dan tahun terus berganti,seiring dengan upaya keras yang mereka lakukan.Budaya bisnis yang mereka geluti,hingga tidak ada satupun yang tersisa,hampir seluruh rakyat memiliki kartu nama,dengan nama diri terpampang didalamnya,dan posisi sebagai direktur utama tertera jelas.Maka muncullah kekuatan bisnis yang pelan tapi pasti kian menguat.Tiap kepala keluarga punya perusahaan,punya produk unggulan,dan meretas pasarnya.Dua-tiga dasawarsa kemudian,negeri yang kecil ini panen raya,impor tenaga kerja besar2an untuk menopang usaha rakyatnya.Ekonominya naik drastis dari masa ketika negeri ini berdiri.Dan satu hal penting,di negeri tersebut warganya nyaris tidak ada yang menganggur,berpenghasilan jauh diatas rata-rata penghasilan negara dikawasan yang sama,dan ...negara tetangga yang besar dan selalu mengancam hingga saat ini tidak dapat menguasainya.Negeri itu,Taiwan.Dan nampaknya kita mesti banyak berkaca darinya []

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Kemarin aku lihat di Metro TV. Pertumbuhan orang terkaya Indonesia sekarang adalah peringkat 3 se Asia. Jadi kalo dibandingkan dg Malaysia dan Singapura kita mah lebih kaya... Tapi yang miskin lebih banyak lagi (nggak keitung jumlahnya), saking banyaknya indikatornya penduduk Indonesia yang dikatakan miskin adalah penduduk yang penghasilannya kurang 350 rb oleh BPS.
Angka2 bagiku nggak penting, yang penting mah penduduknya cukup sandang, pangan, papan, jaminan kesehatan, jaminan pendidikan...

Anonim mengatakan...

betul sis....
kalo yang meningkat cuma miliarder aja ngapain dibanggain... malah berarti kaya lagu rhoma tuh..yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin,,,hehehe
Pokoknya kalo masih ada BLT dan Raskin berarti kita belum makmur...
makanya digalakin tuh zakat dan sedekah....

Anonim mengatakan...

betul sis....
kalo yang meningkat cuma miliarder aja ngapain dibanggain... malah berarti kaya lagu rhoma tuh..yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin,,,hehehe
Pokoknya kalo masih ada BLT dan Raskin berarti kita belum makmur...
makanya digalakin tuh zakat dan sedekah....rachman..

Anonim mengatakan...

Apa yg disampaikan oom Sis dan yang diamini oleh anonymous (rachman?)benar semua,dan memang realitanya seperti itu.Solusinya,menjadi tanggungjawab negara dan kita semua sebagai pemegang saham republik.Bersama-sama memastikan,dan mengawal terjadinya perubahan yg lebih baik secara terus menerus,sehingga Indonesia dpt menjadi rumah yg nyaman bagi rakyatnya.KKN,cuma salah satu kerikil tajam dlm sepatu kita.Tantangan terbesar didepan mata justru ada dlm diri kita sendiri.Merubah mentalitas menjadi berintegritas.