Sabtu, 21 Juni 2008

Musuh terbesar....ternyata ada didekat kita !


By Luqman Setiawan

Mungkin,bolokurowo sosektaer sedunia yang mengakses postingan kali ini akan timbul pertanyaan berkenaan dengan kutipan image di sebelah ini. Pastinya jangan khawatir,karena saya sebagai "pelakunya" akan bertanggungjawab membantu berbagi cerita tentang image tersebut.Pesan saya terhadap anda semua,cukup jelas!
"Jika anda puas dengan tulisan ini,tolong sampaikan kepada kawan-kawan anda semua.Tapi,kalo anda tidak puas...TOLONG BERITAHU KAMI !".
(perasaan,kayak slogan di restoran padang ya?)

Begini,saya ingin memulainya dari salah satu kenangan indah saat kita semua berkesempatan "menikmati" bangku kuliah jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Program Penyuluhan) Universitas Brawijaya.Kenangan tersebut adalah, praktek membuat film !
Bagi saya yang "warganegara" Sosek,urusan utak atik film merupakan proyek yang sangat bergengsi,dan rasanya menjadi faktor penentu yang menaikkan "gengsi" program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian setidaknya terhadap "saudara sekandung kami"...program studi Agribisnis,dan Sosial Ekonomi Pertanian.
Tapi sebelum khalayak pengunjung nantinya diramaikan oleh perdebatan pro dan kontra seputar klaim saya yang kayaknya "bombastis" soal menaikkan gengsi kami (he..he..he..karena pastinya semua program studi punya kelebihan yang saling melengkapi).Oleh karena itu,mohon dibaca penjelasan saya berikut...".
Pertama,jangan dibayangkan proyek buat film kami,layaknya buat film holywood yang super canggih dan bertabur aktor dan aktris kinclong.Atau juga jangan imajinasikan proyek film kami bak produksi film bolywood yang pandai "memerah" air mata penonton.Karena faktanya,proyek film (fileman) kami,layaknya film "kejar tayang".Cuma bedanya,kalo di industri film,kejar tayangnya untuk sebesar-besar meraup fulus demi mengongkosi gaya hidup 'surgawi' insan selebriti. Naah kalo yang kami kerjakan waktu itu murni sebesar-besarnya proyek "kejar tayang"yang penuh dengan idealisme,konsep,dan teori demi mengejar tenggat nilai mata kuliah,untuk semua itu kami berhutang budi baik atas kesabaran dosen yang membimbing kami,Bapak Edy Dwi Cahyono,sehingga proyek kami saat itu yang serba minim segala hal,ternyata masih dapat berwujud kaset video (dan layak disebut film?).

Proyek film ini menjadi salah satu "persekutuan" diantara kami angkatan 1996---senasib yang mengambil mata kuliah yang sama.Semuanya saling mendukung,sutradaranya rame-rame,buat naskahnya gotong royong,kecuali kameranya yang waktu itu pinjem punya Merry Bennetha, artis-artisnya juga.....kita semua !
Setting tempatnya juga tidak jauh dari pekarangan fakultas Pertanian,dan jurusan Sosial Ekonomi Pertanian menambah hematnya energi yang kami investasikan.Lumayanlah,saya kebagian peran testimoni.Dengan rambut gondrong hampir sebahu (waktu itu masih jahiliyah..lha sekarang?nambah...!...he..he..he..),ditambah lagi waktu menyampaikan testimoni sambil cengar cengir--nyaris perkawinan yang sempurna antara grogi dan norak kena pancar kamera.Maka terbentanglah drama setengah serius,setengah promosi,setengah propaganda,dan setengah becanda (?) alias setengah-setengah...yang terangkum dalam film dengan tema yang sangat sakral promosi jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Brawijaya. entah bagaimana cara menilainya, nyatanya film kami masih terus diputar ulang di lab jurusan beberapa semester setelah kami, yang diperkenalkan dengan bangga kepada khalayak penonton mahasiswa sebagai "hasil" produksi mahasiswa jurusan Sosek PKP.

Bicara mengenai film memang menyenangkan,tak heran banyak orang bersedia merogoh kocek demi memuaskan dahaga akan "sihir" hiburan film. nyatanya hingga saat ini,dunia layar lebar masih menjadi magnet tumpuan mimpi banyak orang di seantero jagad ini.Sebuah impian yang--bisa naif,tapi bisa juga realistik,tergantung dari cara tiap orang memaknainya untuk menjadi sebuah kenyataan.Film,yang dalam pemahaman awam saya kala itu hanyalah produk yang...snapshoot saja alias sekali proyek--selesai sudah,ternyata belakangan diketahui memiliki efek berantai yang luar biasa terhadap pemirsanya.Studi mengenai dampak film dan media massa elektronik--dalam konteks yang lebih besarnya---cukup lugas mewartakan pada kita semua bahwa "hiburan" kita yang satu ini memberi sumbangsih nyata terhadap kesehatan karakter kita selaku pemirsanya. Sihir media massa lewat film dan turunannya dalam telaah kontemporer nyata-nyatanya telah sukses menyumbang kerusakan moral penonton lewat muatan SMS,alias Seks-Mistik-dan...Sadisme..yang dicangkokkan ke dalam alam bawah sadar kita pada sepersekian detik yang sama saat meng-aksesnya.

Salah satu kajian paling populer dan tesisnya jadi bahan rujukan telaah ilmiah kontemporer,adalah tesis dari Dr.Victor B.Cline.Beliau pakar psikiatrik dari negeri paman sam,yang terkenal cukup canggih dan konsisten melakukan kajian secara marathon terhadap efek-efek media yang terkontaminasi muatan "SMS" didalamnya (remember,"SMS"?Seks-Mistik-Sadisme!).
Hasil kajian sang Doktor menggemparkan jagat psikiatrik dunia,dan menguak tabir kegelapan yang selama ini menyelimuti akar penyebab degradasi moral di negeri paman sam selama ini.Berdasarkan hasil penelitian Dr.B.Cline terhadap efek media terhadap pemirsanya,ternyata terkuak bahwa tiap orang yang menonton televisi or media massa dalam arti kompleksnya akan mengalami tahap tahap metamorfosis perubahan karakter sebagai berikut.

Pertama,mula-mula...,pada kali pertama menonton media yang didalamnya--sadar atau tidak--bermuatan "SMS" orang akan terkejut,shock,prihatin,cemas,..pokoknya intinya memberontak-lah terhadap tayangan yang dia saksikan dihadapannya.Lambat-laun alam bawah sadarnya beradaptasi dan mencoba memakluminya,sebagai sesuatu yang...wajar...('waaah heboh...kok ada yaa..yang kayak gitu",demikian kira2 justifikasi dalam benak pemirsa setelah akal sehatnya "takluk" setelah berkali-kali dipertontonkan tayangan bermuatan "SMS").
Fase pertama ini,dalam tesis B.Cline disebut dengan istilah "Addicted",atau bahasa ringkasnya; "kecanduan".Setelah "sukses" memasuki fase kecanduan ini,para pemirsa masuk ke tahap kedua yang dalam terminologi B.Cline disebut dengan fase "Escalation" alias fase eskalasi.Yaitu,setelah pemirsa berulangkali mengakses media massa bermuatan Seks-Mistik-Sadisme,akal sehat penonton mulai memudar dan lambat laun meminta atraksi yang lebih dari sekedar muatan "S-M-S".Individu yang masuk ke dalam fase eskalasi dicirikan sebagai individu yang tuntutan tingkat kepuasan menontonnya makin tinggi.Kalo pada awal memirsa media,penonton akan deg-degan,keringet dingin,or tutup mata lantaran baru liat adegan "buka satu kancing"...naah pada tahap eskalasi,seorang pengidap tahap ini akan sangat merasa kurang dengan adegan tersebut,kalo perlu sampe "terjadi adegan syuur" dan teruss..terus..lebih dari itu.Demikian ciri individu yang teridentifikasi masuk fase kedua menurut tesis B.Cline.Terus berlanjutnya...individu meningkatkan akses seluruh inderanya terhadap media massa..mengantarkan seseorang terjerumus ke fase ketiga versi terminologi Dr.B.Cline,yaitu fase "Desensitization".Salah satu tes paling mudah dalam mengidentifikasi apakah seseorang sudah "naik kelas" sampai tahap ini atau belum,adalah misalnya,dengan menanyakan kepada yang bersangkutan berkaitan dengan suatu topik populer berkenaan dengan fenomena yang terjadi.Sebagai contoh,beberapa waktu yang lalu berkembang polemik atas film berjudul "ML Mau Lagi",yang berdasarkan kajian ilmiah dari berbagai lembaga independen di negeri ini terbukti sarat dengan muatan "S" yang pertama dalam "S-M-S" alias "Seks".Tanyakan pada responden anda (atau bahkan anda sendiri) apakah film itu layak diedarkan dan dikonsumsi penonton atau tidak?Sebagai penguat,tawarkan responden anda,atau diri anda untuk melihat cuplikan filmnya via youtube,misalnya.Kalo jawaban responden,or anda adalah "Layak",..jangan tersinggung kalo dengan "sangat menyesal" kita sampaikan bahwa "responden" anda sudah masuk fase berbahaya..yaitu fase desensitization.Pada fase tersebut,individu kehilangan sensitifitasnya terhadap norma dan nilai-nilai moral yang selama ini melindunginya.Bahayanya, justru rasa kepemilikan terhadap norma-lah justu pembeda yang paling terang benderang antara kita bangsa manusia dengan-maaf----binatang !
Dengan kata lain, melalui norma-norma moral lah sesungguhnya pondasi kehidupan kita dalam bermasyarakat dibangun,dan mestinya dipertahankan.

Kerusakan "sempurna" yang sukses disebarkan melalui media massa yang digerakkan sesuai pesanan cukong pemodal dunia gelap dewasa ini dideteksi oleh Dr.B.Cline dengan fase keempatnya.Dan fase tersebut dalam terminologi Victor B.Cline disebut dengan fase "Act Out".Dari namanya,kita semua tahu bahwa fase ini adalah fase pelampiasan ! Penonton melampiaskan adegan yang diterimanya dari media massa ke kehidupan nyata.Maka,tiba-tiba kita terkesiap sejenak menyaksikan fenomena yang terjadi dewasa ini..."ayah memperkosa anak..anak memperkosa ibu...ibu menjual anak gadisnya...film porno si anu dan si anu...yang mahasiswa..yang politikus...anak men-smack down temannya...bla..bla..bla..

Maka berdasarkan kajian Dr Victor B.Cline tersebut,kita semua dituntut untuk meningkatkan kewaspadaan dan pertahanan yang terbaik melawan musuh terbesar dalam eksistensi kemanusiaan kita.Karena,musuh terbesar diluar diri kita sendiri,ternyata justru ada di dekat kita dan sangat lekat dengan denyut nadi irama keseharian anda selama ini."enemy of the blanket" alias musuh dalam selimut kita adalah...muatan menyimpang yang diselipkan saat televisi...radio...koran...komputer beserta varian teknologinya (seperti yang saya gunakan ini)...dipancarkan dengan sinyal kedap pandang menuju seluruh ruang eksistensi kita.
Oleh karena itu jangan heran,kalo mendapati anak anak kita tercinta yang masih balita dan sedang dalam masa belajar mengolah kata,tiba-tiba suatu waktu sepulang kita kerja...terdengar oleh telinga kita mengucapkan kata-maaf-...."bangsat...kubunuh kau...kurangajar...bajingan..." dan seribu satu kata tak senonoh yang justru malah didapatkan dari siaran..televisi pendidikan,misalnya.Dan kita sebagai orang tua dipaksa makin frustasi menyaksikan anak kita yang masih menginjak SD...pacaran..misalnya,..lagi lagi karena dididik oleh guru "salah asuhan" yang bernama media massa.

Apakah kita semua akan berpangku tangan menyaksikan serbuan jutaan muatan beracun perusak moral merontokkan tiang-tiang moral...pribadi..rumah tangga..dan lingkungan kita dalam tiap detik kejapan mata melalui pancaran media massa di bilik pribadi kita ? Bahkan seekor semut yang kecil dan hina itupun melawan dengan menggigit kala terinjak. Dan seekor lebah yang teraniaya melawan dengan sengat hingga akhir hayatnya. Maka beruntunglah kita manusia yang diberi kuasa akal sehat dilengkapi dengan detektor paling canggih maha karya yang Maha Kuasa.Kewarasan kita yang paling lemah mampu melawan dengan kata hati..mana yang baik untuk kita terima dan mana yang tidak layak untuk kita terima.Berjabat erat dengan sesama individu yang prihatin dengan membengkaknya pasien fase keempat--versi B.Cline,maka terbentuklah komunitas-komunitas masyarakat yang kritis dan mendorong pengurangan eksistensi media massa yang lebih "bersahabat".Di AS ada Parent Association yang punya program diet TV dan gerakannya mampu mendikte industri media massa disana untuk lebih ketat memperbaiki content agar lebih mendidik.Bahkan di UK,menurut pengalaman kawan aktivis (dan kini sukses terpilih jadi Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak-Komnas PA) yang pernah tinggal di Shefield suatu ketika ada kejadian menarik dan ramai diberitakan media massa setempat.Kisah tentang perusahaan televisi (broadcast) yang menuntut pemerintah dan komunitas melek media setempat untuk mencabut fatwa larangan menyiarkan satu film lokal yang didalamnya ada muatan adegan anak mencaci maki orang tuanya.Dan,cerita kawan saya itu,ternyata pengadilan setempat memenangkan pemerintah dan koalisi rakyat,bahkan mengukuhkan secara hukum fatwa larangan penyiaran film tersebut sebagai bagian dari putusan pengadilan.Bayangkan,di UK aja,adegan anak mencaci-maki orang tua sampai menyebabkan filmnya gak bisa disiarkan.Lha kita di Indonesia...buanyaaak adegan yang lebih dari sekedar caci maki..bisa bebas berseliweran diruang keluarga kita.

Oleh karena itu,serta merta menjadi relevan petuah bijak kakek pendidikan nasional kita Ki Hajar Dewantoro terhadap para pejuang dan aktivis pengamal ilmu.Bahwa ilmu yang kita miliki hanya akan berharga jika kita mengamalkannya kepada masyarakat seluas-luasnya.Dengan ilmu kita membuat perubahan,sebuah peta dunia untuk anak cucu kita yang lebih baik dari kita.Dengan ilmu yang makin berat kita miliki...kita menerapkannya dengan titah Ki Hajar Dewantoro..."Ing Ngarso Sung Tulodo"...saat kita dibaris terdepan dari pengamal ilmu kita tampil dengan keteladanan."Ing Madyo Mangun Karso"...saat kita ditengah kita menjadi pelopor semangat dan mesin aktifisme yang dapat dihandalkan.
Dan "Tut Wuri Handayani"...saat kita ada dibelakang barisan...tampil bersama-sama jadi "provokator" ilmu agar terus jadi lebih sempurna dalam kebaikan dan kebajikan.Bersama-sama tolong menolong dalam saling mengingatkan..dalam koridor "amal ma'ruf nahi mungkar"...saling mengingatkan dalam kebajikan dan saling mencegah dalam kemungkaran.

Dan image judul film yang anda saksikan di atas,adalah salah satu "semut kecil" untuk "menggigit" kita dan para industrialis media akan bahaya muatan pornografi serta akibatnya terhadap para pemirsa. Film yang dikreasi oleh komunitas masyarakat yang peduli terhadap bahaya pornografi,dan tergabung dalam ormas Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (wow namanya radikal yach..ada "tolak"nya),demikian nama ormas yang ber basis di Jakarta ini layaknya sinyal "redup" mercusuar ditengah bentangan karang "Seks-Mistik-Sadisme" dalam media massa kita.Film ini dibuat pada pertengahan tahun lalu dengan biaya terbilang murah untuk ukuran film "indie" yang kira kira senilai kurang dari..harga atoz 2002 lah (tanya Rachman berapa..he..he..he..).
Menyaksikan film yang tampil seadanya ini, penonton digiring layaknya memirsa "virus" pornografi dengan mikroskop tabir surya sehingga pengaruh sang kuman dengan mata telanjang terpancar cukup lugas pada sebuah film.

Kabar buruknya,film ini tersedia sangat sedikit. total jumlah yang dicetak tidak lebih dari 100 keping,karena pada dasarnya film ini jauh dari tujuan komersil,dan khusus ditujukan buat cinderamata pejabat negara yang punya pengaruh terhadap kebijakan media massa di negeri ini. Tercatat,menteri-menteri dijajaran kabinet kepresidenan Bpk SBY,jajaran setingkat esselon 1 di tingkat perumus RUU Pornografi,beberapa "tokoh kunci" anggota DPR dibalik Pansus RUU Pornografi,Gubernur beberapa propinsi yang well concern dengan masalah Pornografi (Sebagian Sumatera,Sulawesi,Sebagian di Jawa),dan beberapa kepada dinas pendidikan telah menjadi "kolektor" VCD yang image-nya terpampang di atas. Dengan kata lain, dapat kita katakan bahwa film juga bisa jadi alat lobby paling canggih dalam mempengaruhi keputusan pejabat terhadap issue tertentu.

Kabar baiknya,ormas Perhimpunan MTP berkenan menyisakan 5 keping film ini dengan VCD Private label asli.... khusus.... untuk anda Sosektaer pengunjung setia blog ini. Caranya,japri via email penulis aja kali yaa...,tapi sekali lagi mohon maaf, ini jauh dari tujuan komersiil lho. Anda hanya...mohon maaf... dikenakan pengganti biaya cetak dan pos yang nominalnya juawuuuh..di bawah nominal harga film private label sejenis. Dengan meng-koleksi VCD Genuine private label berjudul : "PORNOGRAFI Sisi Gelap Media" setidaknya anda memberikan "sedekah" buat diri sendiri dan lingkungan disekitar anda tentang bahaya muatan Pornografi di media massa,atau siapa tahuuu...bisa melahirkan ide kreatif anda untuk punya hobby jadi kolektor VCD Genuine Private Label,misalnya. Karena ingat...jumlah-nya dibatasi tidak lebih dari 100 keping,dan dikhususkan untuk koleksi pejabat publik !
So....mau tunggu apa lagi ?[]

2 komentar:

goblikbanget mengatakan...

Ya ya .... saya tau koq man.... kan pernah muncul di kick andy....
Btw aku kalo gak salah juga kebagian peran tuh... seandainya bisa di sharing ke youtube asik juga kali ya.... hehehe

Anonim mengatakan...

wadduh...perasaan tuh artikel masih aq simpen di draft deh (karena emang blm selesai)...
mungkin org rmh ada yg gak sengaja mencet...trus malah ke-posting...
berarti aq mesti cpt2 nge-edit...
btw..btw...
mudah2an filmnya msh ada di lab sosek...entar kita minta'in tlg ke tmn2 yg di unibraw...
tul..."goblikbanget" jadi aktor juga di film itu,dan tampangnya di film msh "jadul" banget.he..he..he..