Jumat, 27 Juni 2008

Refleksi Diri

By Siswanto Ariadi

Saya mempunyai rutinitas yang lumayan monoton untuk mengejar rejeki di pinggiran jakarta. Berangkat dari Bogor jam 6 pagi, nyampai kantor di Bekasi jam 7.15, makan pagi di warung, baca koran pagi, trus mulailah bekerja dari jam 8 sampai malam, dan nyampe rumah dari jam 9-10an malam. Begitu seterusnya sampai hampir 2 thn ini.
Kadang saya berfikir mengenai masa kuliah saya, dengan wacana yang condong kiri, bekerja seperti ini sangat jauh dari bayangan ideal yang saya gambarkan dulu. Dulu saya sangat menentang cara hidup "linier" yaitu kuliah, kerja, karir, kawin, punya anak, memelihara anak, bla...bla...bla... dan akhirnya mati. Sungguh tak ubahnya saya seperti hewan yang mati tanpa meninggalkan apapun. Masih untung hewan ada yang mau makan dagingnya. Lha kalau saya???
Mungkin "Sumanto" pun belum tentu mau...?
Sampai saat ini saya pun masih bingung kok bisa saya terjebak dalam situasi ini???

Jadi apakah ini adalah buah dari sesuatu hal yang saya hindari atau bagaimana. Teringat lagi dengan buku The Secret, jika kita menghindari sesuatu, maka justru akan datang energi yang besar tentang sesuatu tersebut. Jika kita benci terhadap sesuatu maka justru itu akan terjadi pada diri kita peristiwa tersebut. Aneh?? Dan itu terjadi pada saya..

Jadi proporsional aja dalam menilai sesuatu....

Siswanto Ariadi

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah...
ini yang saya tunggu,
membaca testimoni juragan Siswanto ini,kita seperti diingatkan kembali akan tulisan Mr.John Perkins dlm bukunya "The confession of economic hit man".
Bedanya,kalo perkins "preman" ekonomi negara...
Lha kalo juragan Sis...
"preman" bagi dirinya yg lg resah menyempurnakan sisi kemanusiaannya...
waaalaaaaah jadi ngelantur neeh...
Otree...
Good testimony...
insprired....and freshly...