Kamis, 26 Juni 2008

BLT (Bahan Lelucon Terkonyol)

by Siswanto Ariadi

Akhirnya terjadi juga....
BBM naik hampir 30 % dan itu pasti berdampak dengan naiknya semua kebutuhan masyarakat.
Semua barang2 naik juga mengikuti meningkatnya harga BBM.
Logika dasar pemerintah dalam menaikkan BBM adalah harga pasar internasional sudah $130/barel dan itu kalo diliterkan adalah 12 rb per liter. Pemerintah merasionalisasikan bahwa kenaikan harga BBM tidak terelakkan untuk menaikkan harga BBM karena subsidi negara yang dibakar oleh oleh minyak "katanya" sudah 400 trilyun. Jadi dari pada duit yang besar itu hangus terbakar mendingan untuk pembangunan yang lain, contohnya adalah infrastruktur, beasiswa pendidikan, pembangunan irigasi dan lainnya.
Sekarang yang perlu dikaji adalah efektifkah BLT itu????
Logika pemerintah untuk memberikan BLT adalah bahwa kenaikan harga komoditas dan jasa pasti akan naik mengikuti kenaikan harga BBM. Jadi perlu ada bantalan untuk menahan goncangan akibat terkoreksinya pendapatan masyarakat ekonomi lemah agar tidak "terlalu sengsara" dalam menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokoknya. Pemerintah memperkirakan bahwa kenaikan harga bahan dan jasa berkisar 10-30 %, sehingga diperlukanlah BLT untuk menahan goncangan disparitas pendapatan dan pengeluaran. Sehingga masyarakat ekonomi lemah masih dapat memenuhi kebutuhan pokoknya selama 6 bulan. Dan sesudah itu wassalam.... Tidak ada lagi instrumen pemerintah untuk BLT lagi bagi masyarakat ekonomi lemah. Dan pendapatan masyarakat tetap aja berkisar 500-600 rb per bulan. Dan kedepan nggak tahu apakah mereka akan makan nasi dengan lauk atau tidak? Anaknya mungkin tidak lagi minum susu tetapi "tajin" (sisa rebusan beras yang mengental).
Saya gelisah melihat ini? Karena saya bukan ekonom yang mampu merumuskan kebijakan dengan variabel2nya. Tetapi saya melihat BLT ini sangat tidak beradab karena memperpanjang kultur meminta2 bagi masyarakat. Membuat masyarakat Indonesia seakan2 semua adalah peminta2.
Menurut saya "bantalan" yang diperlukan terlebih dahulu untuk mempersiapkan kenaikan harga BBM adalah sebenarnya meningkatkan pendapatan masyarakat terlebih dahulu. Kalau untuk petani maka yang diperlukan menurut saya adalah membantu meningkatkan harga komoditas tingkat petani dengan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Pemerintah bisa menjadi regulator untuk meningkatkan harga komoditas tingkat petani.
Taruhlah padi, kedelai, dan jagung, jika pemerintah serius untuk meningkatkan pendapatan petani, maka jadilah wasit yang adil antara pasar dan petani, jangan menyerahkan kepada mekanisme pasar. Selama kelembagaan petani belum kuat maka pemerintah harus mengambil peran ini.
Jika untuk buruh, menurut saya siapkan pondasi untuk UMR yang mampu mebuat buruh hidup layak. Karena buruh di Indonesia penghasilannya hanya 1 jt per bulan. Dan untuk hidup layak sangat jauh dari harapan.
BBM yang murah sebenarnya juga oli untuk industri kecil dan menengah, karena dengan BBM yang murah merupakan beban biaya yang cukup besar untuk proses produksi, sehingga produk Indonesia diharapkan bisa kompetitif di pasar lokal dan global.

Jadi BLT adalah hal terkonyol yang 2 x terjadi Indonesia. Rasanya pemerintah sudah malas untuk mencari jalan keluar yang lebih beradab dan punya visi. Ambil enaknya aja....


Bekasi, 26 Juni'08

Siswanto Ariadi

1 komentar:

Anonim mengatakan...

singkatnya,BLT...Bantuan Langsung Tewas...
sdh jelas entu proyek gagal dari pemerintahan yg sebelum2nya
eh diulangin lagi ame pemerintah yg skrg berkuasa.
"cuma keledai yang jatuh di lobang yg sama 2 kali..."
jadi pemerintah kita sama dengan ...