Senin, 02 Juni 2008

MEMORI DAN ILUSI

By Luqman Setiawan

Salah satu bagian yang pastinya tidak ingin kita hilangkan dalam memori kita adalah tentang kenangan masa kecil kita.Yup,sebagian besar kita pasti merasakan hidup di masa kecil yang--"taken for granted"--diterima begitu saja,full protect dibawah bayang kasih Ayah dan Ibu.Saking indahnya,memori yang berisi informasi seputar masa kanak-kanak kita,saat kita menjadi orang tua, maka obsesi terbesar dalam kehidupan ke-orangtuaan kita adalah memberikan situasi yang nyaman bagi anak-anak kita.Atau kilah ekstrimnya,kalo bisa kehidupan anak kita harus lebih baik dari kita.
Masih inget dulu cerita sebagian temen tentang kisah perpisahan mereka dengan ortu untuk pergi ke tanah rantau.(Hayooo..sapa Sosektaer 96 yang pernah cerita ke aku tunjuk tangan!) Sang Ortu berkata beri semangat,"Nak,kamu harus bisa sampai sarjana,agar tidak seperti orang tuamu ini yang cuma lulusan bla..bla..bla.

Katanya,setelah kita menanjak uzur,memori-memori tersebut akan kembali muncul.Barangkali demikian yang dialami nenek saya beberapa waktu yang lalu sebelum kembali keharibaanNya.Sepanjang waktu sang nenek bercerita tentang masa kecilnya,tentang si anu dan si anu,tentang kehidupan yang elok di masa lalu.Pada awalnya,memang kisah masa lalu bak hari-hari biasa saja dimasa tersebut.Namun tidak demikian bagi memori dalam otak kita.Kisah-kisah tersebut laiknya sebuah drama yang diputar melankolis menjadi sebuah film dokumenter kehidupan kita.

Makanya,brainwashing merupakan ilmu yang sangat mahal harganya didunia peperangan.Saking berharganya,bangsa yahudi punya pepatah, "Siapa yang menguasai informasi dia Menguasai Dunia",pepatah yang diterjemahkan secara serampangan oleh politisi di negeri kita menjadi ; "Siapa yang menguasai akses ekonomi dia menguasai negeri".Karena kesadaran kita betapa berharganya memori dalam labirin otak kita maka memori berusaha untuk dijadikan komoditas ilmiah modern oleh agen-agen kolonial dunia modern.Maka diciptakanlah ilusi-ilusi tentang nilai-nilai relatif terhadap kehidupan kita.Diputar balik sedemikian rupa,jungkir balik hingga kita terasing dari kebenaran yang tertanam dalam akal sehat kita.Lewat media massa,cetak,elektronik,online, maka dihembuskanlah kehidupan yang menipu kita.Berubahlah stigma dalam pikiran kita tentang norma dan nilai-nilai.Materialisme akhirnya sempurna menjadi agama baru yang setiap kejab mata benihnya tersemai lewat media yang kita simak.

Karena itu menjadi relevan kalimat bijakyang mengatakan "bahwa kesenangan dunia adalah kesenangan yangt menipu".Bahwa memori harus ditempatkan secara terhormat untuk selalu mengingat kehidupan sesudah kematian.Bukankah kita menganut Agama karena kita mempercayainya tanpa akal sehat intelejensi?Bahwa kita memilih berkeyakinan agama karena kita "Percaya sebelum Terjadi"?Percaya ada surga,ada neraka,ada kiamat,ada hari akhir,bla..bla..bla..
Tiba-tiba saya ingat memori masa kecil saya,bersama mendiang Ayah tercinta,suatu senja di pojok masjid kota."...Wan,...Jangan pernah tinggalkan Sholat dalam keadaan apapun !"

Tidak ada komentar: