Rabu, 04 Juni 2008

I CAN TAKE MYSELF !

By Luqman Setiawan

Pagi tadi tiba tiba saya teringat kilatan peristiwa 6 tahun yang lampau.Ceritanya,waktu jalan bareng dari Malang menuju Jakarta.First graduate,dan lagi semangat-semangatnya menjalani pekerjaan formal pertama di sebuah perusahaan publik untuk program Manajemen Trainee-nya.Waktu itu,kita berangkat bertiga.Aku,si Anu'ah (kata jamak perempuan tanpa publikasi nama/anonymous,pen),dan Cathy Soulmate-nya Merry= kawan seperjuangan di PKP he..he..he..(Cathy,Agribisnis 96,haloo Cathy are You Remember ?).Udah lupa deh sepanjang perjalanan itu kita ngobrol apa aja,yang jelas topiknya ngalor ngidul,dan bukan itu yang kilatan memorinya aku ingat.

Ceritanya,sampe di stasiun Lebak Bulus,kita dijemput ma Sepupu Cathy,aku lupa namanya,yang ku inget item manis dan macho dengan persona yang atletis tapi ramah (sapa Cat,namanya sepupumu yang ramah itu?).Trus kita mampir ke rumah family Cathy.Disinilah ingatan saya muncul.Setelah basa-basi ala timur dengan penghuni rumah yang waktu itu ada Oma-nya Cathy.Trus aku dikenalin sama sepupu (or keponakan?) Cathy oleh Oma-nya.Disini ,ingatan saya terkuak kembali terngiang-ngiang oleh kalimat sang Oma.Kata Oma-nya Cathy,ini (menyebut nama si kecil balita,yang sayangnya namanya juga aku lupa,he..he..he..).Si kecil ini tinggal di Amrik (ini bahasa penulis,Oma bilangnya Amerika bok bukan "Amrik")."Dia sejak kecil dibiasakan untuk mandiri,pake baju sendiri,ke toilet sendiri,semuanya serba mengurus dirinya sendiri,mungkin karena udah budaya disana ya nak?he..he..he.."buka Oma memecah kebisuan kami.Aku cuma cengengesan aja."Pertama kali waktu ketemu sama saya, sambung Oma.Waktu mau dipake'in baju,..dia bilang."I Can Take Myself" waktu mau saya bantu ke kamar mandi,lanjut Omanya Cathy(and Merry too),dia bilang "I Can Take Myself".Demikian tutur sang Oma cerita tentang cucunya yang selalu aku dengar bagian terakhirnya sang cucu berkata "I Can Take Myself".Saya ingat betul waktu itu,baju kita lengket dan saling antri ke kamar mandi,tapi kita semua mendengar dengan antusias perilaku cucu via tutur Oma dengan kilah "I Can Take Myself-nya"."Yeah.."I Can Take Myself" ternyata menjadi mantra baru saya paska kejadian tersebut.Intinya,pada waktu itu saya sudah capek banget after perjalanan jauh antar kota antar provinsi duduk terus.Kata itu menjadi semacam setrum yang membangkitkan gairah semangat hidup.Dan nampaknya saya sangat berhutang moment untuk yang satu ini dengan kawan Cathy yang secara tidak sengaja berperan sebagai mediator dari kejadian tersebut.Apa menariknya kejadian tersebut bagi saya or kita?

Sosektaers 96 yang budiman,
Tidak peduli siapa kita.Mau jagoan,mau pecundang,mau pemimpin,mau kacung kampret,pada akhirnya bukan siapa-siapa yang menilai kita.Diri kitalah,hakim yang paling adil terhadap tubuhnya.Kemandirian adalah pilar dari harga diri setiap insan manusia.Kitalah yang memberi harga yang pantas buat diri kita apakah seharga emas atau loyang?
Apakah kita "berlian" yang terbenam di ---maaf--comberan?Atau,apakah kita loyang yang disepuh emas?
Menjadi mandiri adalah pilar dari kehidupan itu sendiri.Sejarah yang mengajarkan kita,Mbah Moyang kita Adam dan Hawa terhempas dari surga menuju kerasnya dunia.
Bukan soal Mbah Adam tergoda metik buah khuldi karena digelincirkan oleh Iblis (mbahnya Syaitan) lantas tiba-tiba "nyangsrang" di puncak himalaya.Tapi poin pentingnya adalah "To Be or Not To Be" .Ini adalah soal kepercayaan yang Maha Kuasa terhadap Mbah Buyut Adam dan teturunannya macam kita-kita yang "katrok" untuk menjadi pemimpin yang adil buat diri sendiri,keluarga,masyarakat,bla bla bla hingga dunianya.
Ternyata inti dari terngiang-ngiangnya "I Can Take Myself" nya Oma na Cathy (dan Merry too) adalah sangat sederhana sekali,dan mestinya mudah dipraktekkan.Semuanya dimulai dari yang namanya : DIRI SENDIRI.Ketika kemandirian jadi budaya,maka tidak perlu lama berhitung waktu,kebangkitan bangsa ini bakal hadir dengan sempurna.


Tidak ada komentar: